30 Sep 2019 • Tips Kesehatan
Ditulis oleh: dr. Rianty Lais Manna
Telah direview oleh: dr. Roy Panusunan Sibarani Sp.PD-KEMD, FES
“Eat Right Not Less” yang berarti makanlah dengan
benar, tidak kurang.
Inilah adalah awal mula ide diet Atkins yang dicetuskan oleh
dr. Robert Atkins, seorang ahli jantung yang berasal dari Amerika pada era tahun
1960an.
Apa itu Diet Atkins?
Diet
Atkins merupakan diet rendah karbohidrat, tinggi lemak dan tinggi protein.
Karbohidrat yang dikonsumsi harus dibatasi tidak lebih dari 20g sehari pada fase
awal diet. Jumlah karbohirdrat seiring waktu dapat ditambah secara perlahan,
namun tidak melampaui jumlah untuk mencapai target berat badan. Diet ini mampu
menurunkan berat badan secara cepat dan dianjurkan dalam jangka panjang untuk
mempertahankan berat badan.
Diet Atkins hanya membatasi jumlah karbohidrat dan tidak membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan protein. Itulah sebabnya diet ini sangat di gemari, karena diet dilakukan tanpa perlu kelaparan dan berat badan turun dengan cepat.
Kontroversi Diet Atkins
Dr. Robert Atkins menuai berbagai
kontroversi dan penolakan dari dunia kedokteran serta menjadi bahan tertawaan
selama lebih dari 30 tahun sejak diet Atkins ini dicetuskan.
Ditolak oleh dunia medis, dr. Robert
Atkins mengenalkan dietnya langsung pada masyrakat melalui buku pertamanya yang
berjudul Dr Atkins' Diet Revolution pada tahun 1972 dan buku keduanya Dr
Atkins' New Diet Revolution yang diterbitkan 20 tahun kemudian. Buku ini
menjadi buku diet yang paling popular sepanjang sejarah.
Berbagai professional kesehatan menolak teori diet Atkins. Namun besarnya penerimaan masyarakat dan banyaknya orang yang mengikuti diet ini menjadikan diet Atkins menuai berbagai perdebatan dan teori. Berbagai studi penelitian dilakukan, akan tetapi hingga saat ini efek jangka panjang diet Atkins masih menjadi perdebatan.
Diet Atkins Terhadap Diabetes Tipe 2
Pola diet memang merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh besar terhadap kontrol gula darah penderita diabetes. Diet
Atkins pun sering dikaitkan dengan diet pada penderita diabetes.
“Makan karbohidrat bikin gendut”, “Karbohidrat
bikin gula tinggi”. Ini menjadi dasar pertimbangan diet rendah karbohidrat pada
diet Atkins untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
Sebuah penelitian mengemukakan adanya
efek positif diet Atkins dalam jangka pendek, seperti berat badan turun dengan
cepat, membaiknya kadar gula dan kolestrol dalam darah, teutama trigliserid dan
kolestrol HDL.
Namun efek samping jangka panjang belum
diketahui dengan jelas. Bila diet rendah karbohidrat, tinggi lemak dan protein
ini dilakukan dalam jangka panjang maka diduga akan terjadi efek negatif
seperti kurangnya vitamin, serat dan mineral, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh serta gangguan ginjal dan tulang.
Penelitian juga menyebutkan bahwa diet rendah karbohidrat yang berkepanjangan dapat mengakibatkan gangguan kolestrol darah yakni resiko meningkatnya kadar kolestrol LDL yang meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada penderita diabetes.
Jadi Mana yang Benar?
Berbagai organisasi professional yang
fokus pada diabetes tidak menyebutkan diet Atkins sebagai rekomendasi diet
penderita diabetes. Obesitas memang menjadi salah satu fakto resiko berkembangnya
penyakit diabetes. Penurunan berat badan dengan pola diet yang baik sangat
dianjurkan. Namun kebutuhan diet setiap orang berbeda-beda dan sulit disamakan.
Rekomendasi dari perkumpulan dokter
ahli diabetes di Indonesia dalam Aceh Endocrinology & Diabetes Update
di tahun 2019 menganjurkan pengaturan makanan yang seimbang yaitu karbohidrat
45%-65%, protein 10%-20%, lemak 20%- 25% serta memperhatikan komposisi makanan
sesuai dengan kebutuhan kalori tiap penderita diabetes. Karbohidrat yang direkomendasikan
minimal 130 gram/hari berdasarkan rata-rata jumlah minimum glukosa yang dipakai
oleh otak.
Kebutuhan diet masing-masing penderita diabetes
berbeda satu sama lain. Kebutuhan jumlah diet perlu disesuaikan dengan kondisi
dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebaiknya melakukan
konsultasi ke ahli gizi untuk memenuhi nutrisi yang baik dan seimbang.
Referensi:
Lenzer. J., NCBI, 2003
Majchrzak. C. L., Grzelak. T., dkk, Annals of Agricultural and Environmental Medicine, 2014
Lindawati, Aceh Endocrinology & Diabetes Update, 2019