Tips Kesehatan
Kapsul endoskopi diperlukan untuk melihat usus secara keseluruhan. Usus berperan dalam proses pencernaan sebagai penyerap nutrisi dari makanan yang di konsumsi.
Bagaimana jadinya bila usus bermasalah?
Saluran pencernaan manusia yang sangat panjang yaitu dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar hingga anus. Usus manusia bila dibentangkan panjangnya dapat mencapai lebih dari 6 meter. Pemeriksaan usus dengan endokopi konvensional dapat dilakukan dengan gastroskopi yaitu alat yang dimasukan melalui mulut maupun kolonoskopi yaitu dengan alat yang dimasukan lewat anus untuk memeriksa usus besar.
Penggunaan alat endoskopi konvensional tidak memungkinkan untuk melihat usus secara keseluruhan karena ukurannya yang sangat panjang. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang lebih canggih yaitu kapsul endoskopi dimana seluruh bagian usus dapat ditampilkan.
Kapsul endoskopi dikenal juga dengan “wireless capsule endoscopy” atau kapsul video endoskopi. Kapsul ini adalah suatu pil kamera berukuran 26x11 mm yang mengambil gambar pada rongga usus.
Kapsul ditelan dan memotret 2-6 gambar per detik dalam 8-12 jam hingga baterainya habis. Gambar yang dihasilkan memberikan informasi mengenai kondisi dinding dalam rongga saluran pencernaan.
Kapsul endoskopi ini hanyalah suatu alat yang digunakan untuk membantu diagnosa penyakit dan tidak memberikan efek pengobatan apapun. Alat ini dapat memberikan informasi mengenai lokasi luka pada kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan terutama bila diduga adanya perdarahan pada saluran pencernaan. Kondisi ini merupakan indikasi mutlak untuk melakukan pemeriksaan dengan kapsul endoskopi untuk mengetahui letak perdarahan pada usus halus yang sulit diketahui dengan pemeriksaan endoskopi konvensional. Kapsul endoskopi ini mampu mendeteksi dugaan perdarahan saluran pencernaan sebesar 35%-77%.
Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk melakukan diagnosa gangguan pada saluran cerna lainnya seperti peradangan pada usus, tumor atau gangguan penyerapan pada usus. Selain itu dapat juga membantu dalam mendeteksi komplikasi gangguan pembuluh darah pada kerongkongan akibat penyakit lain ataupun peradangan pada kerongkongan. Pemeriksaan ini dilakukan terutama bila pasien tidak dapat dilakukan pembiusan untuk tindakan diagnostik yang lebih invasif.
Dibandingkan dengan kapsul endoskopi, pemeriksaan endoskopi konvensional lebih invasif dimana pasien perlu dibius terlebih dahulu sebelum endoskopi konvensional dilakukan.
Disisi lain, pemeriksaan dengan kapsul endoskopi pembesaran yang dapat dilihat adalah 1:8 atau 65.000 pixel sedangkan pemeriksaan dengan endoskopi dapat melihat pembesaran 1:4 atau 100.000-300.000 pixel. Hal ini menyebabkan bila luka terlalu kecil dapat tidak terlihat dengan pemeriksaan kapsul endoskopi.
Bila dicurigai adanya gangguan atau luka pada usus, kapsul endoskopi atau CT scan dapat digunakan sebagai pemeriksaan pendahuluhan sebelum endoskopi konvensional dilakukan. Kapsul endoskopi hanya dapat memotret kondisi usus halus namun tidak dapat melakukan intervensi pada luka atau perdarahan. Berbeda dengan endoskopi konvensional bisa dikontrol oleh operator yang melakukan dan dapat dilakukan intervensi.
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Mengenai Tindakan Endoskopi
Pemeriksaan dengan kapsul endoskopi memerlukan kerja sama yang baik dengan pasien. Oleh karena itu, pada pasien dengan demensia atau pikun sulit dilakukan. Selain itu, terdapat kontraindikasi lainnya yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan dengan kapsul endoskopi yaitu pada pasien dengan gangguan menelan.
Pada pasien yang menggunakan alat bantu jantung perlu mendapatkan perhatian khusus meskipun belum pernah dilaporkan adanya gangguan akibat kapsul endoskopi pada pasien tersebut. Pada penderita hamil belum dilakukan penelitian sehingga belum diketahui keamanan penggunaannya.
Risiko terbesar dalam pengunaan kapsul endoskopi ini pada pasien yang menderita penyumbatan atau penyempitan pada usus.
Setelah dilakukannya pemeriksaan kapsul endoskopi, tubuh akan mengeluarkan video kapsul endoskopi tersebut. Pasien perlu melalukan pengecekan pada toilet untuk memastikan kapsul sudah dikeluarkan dan memberikan kembali kepada dokter sebagai bukti bahwa kapsul tersebut sudah keluar dari tubuh.
Bila dalam 2 minggu kapsul tersebut tidak ditemukan maka perlu dilakukannya pemeriksaan foto rontgen pada perut untuk mengetahui posisi kapsul. Hal ini terjadi pada 1,3%-1,4% pasien dan biasanya tidak merasakan adanya gejala.
Kapsul yang tidak dapat dikeluar harus dilakukan dengan melakukan tindakan operasi atau endoskopi untuk mengeluarkan kapsul dari rongga usus terutama bila pasien merasakan adanya gangguan pada usus.
Pemeriksaan baik dengan endoskopi maupun kapsul endoskopi sama pentingnya dimana pada endoskopi konvensional kontrol masih bisa dilakukan oleh operator sedangkan pada pemeriksaan menggunakan kapsul endoskopi kontrol operator minimal. Akan tetapi penggunaan keduanya baik untuk di kombinasi.
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Baca Juga: Kenali Salah satu Penyakit Sistem Pencernaan Manusia: Usus Buntu
Referensi:
Robertson. K.D, Singh. R, StatPearls Publishing, 2019
Peralta. R, Medscape, 2018
Collins. J. T, Badireddy. M, StatPearls Publishing, 2019
Anda mungkin juga tertarik