Tips Kesehatan
Mengenal penyebab usus buntu, beserta gejala dan cara menanganinya adalah hal yang penting. Usus buntu adalah salah satu penyebab paling umum nyeri perut hebat yang membawa seseorang ke dokter. Oleh karena sering terjadinya usus buntu, gejala usus buntu harus kita kenali. Jika tidak dikenali dan telat ditangani, usus buntu dapat menyebabkan berbagai masalah sampai kematian.
Usus buntu atau dalam istilah medis apendisitis merupakan peradangan pada bagian usus yang disebut dengan umbai cacing (vermiform appendix). Umbai cacing merupakan bagian usus yang berada di ujung usus besar.
Berbeda dengan usus besar yang memiliki rongga yang besar, rongga pada umbai cacing sangat kecil sehingga rentan tersumbat. Umumnya, umbai cacing berlokasi di bagian dalam perut kanan bawah. Namun lokasi ini bisa berubah jika terdapat kelainan struktur usus.
Banyak agen yang dapat menyebabkan peradangan pada usus buntu. Agen penyebab dapat berupa tumor, cacing atau parasit lainnya, batu feses (fecalith), pembengkakan kelenjar bening, dan lain-lain. Namun, seringkali penyebab usus buntu tidak diketahui. Agen-agen tersebut dapat menyumbat umbai cacing. Kondisi ini merupakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk tumbuh.
Bakteri yang semakin banyak menyebabkan peradangan. Jika semakin lama, peradangan ini dapat membuat dinding umbai cacing bolong sehingga konten umbai cacing masuk ke perut. Selanjutnya dapat terjadi berbagai komplikasi.
Gejala yang paling sering ditemukan berupa nyeri. Pada awalnya, nyeri perut ini berada di seluruh lapang perut atau di sekitar pusar. Kemudian nyeri ini akan berpindah ke perut bagian kanan bawah dengan nyeri yang lebih tajam. Nyeri juga dapat disertai dengan mual dan muntah, demam, diare, kelemahan, dan gangguan berkemih.
Baca Juga: Salah Satu Organ dalam Sistem Pencernaan, Apa Fungsi Usus Besar?
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
Tes laboratorium untuk menilai terdapatnya infeksi dan peradangan
Pencitraan, seperti X-ray, untuk melihat umbai cacing yang bermasalah dan keparahan usus buntu
Seseorang dengan usus buntu yang mengalami nyeri hebat umumnya akan datang ke unit gawat darurat (UGD). Penanganan awal pada UGD dilakukan segera, yakni memasukkan cairan melalui vena dan tidak diperbolehkan untuk minum atau makan melalui mulut. Antibiotik umumnya diberikan setelah diperiksa oleh dokter.
Jika diperlukan, dokter dapat meminta pasien untuk menyetujui tindakan apendiktomi segera. Hal ini dikarenakan umbai cacing yang meradang jika tidak tertangani dalam 2 - 3 hari dapat bolong dan menumpahkan isinya yang penuh dengan bakteri ke rongga perut. Inflamasi pada rongga perut, yang disebut sebagai peritonitis, mengancam nyawa.
Apendiktomi merupakan tindakan bedah dimana umbai cacing yang terinfeksi dan meradang disingkirkan. Terdapat 2 jenis pendekatan apendiktomi, yakni terbuka dan laparoskopi. Perbedaannya terletak pada seberapa besar bukaan lubang yang akan dibuat. Apendiktomi terbuka memiliki bukaan 2-4 inci (sekitar 5 - 12 cm). Besarnya lubang yang dibuat karena umbai cacing akan dipotong dan diambil melewati lubang ini.
Pada apendiktomi laparoskopi, bukaan lubang hanya sekitar 1-3 inci (sekitar 2,5 cm - 7,6 cm). Lubang ini akan dilewati oleh alat bernama laparoskop. Pemotongan umbai cacing ini dilakukan oleh laparoskop.
Persiapan yang dilakukan oleh pasien yang akan menjalani apendiktomi adalah:
Persetujuan yang ditandatangan oleh pasien
Puasa selama 8 jam sebelum tindakan
Memberitahu dokter mengenai riwayat penyakit, obat, vitamin, ataupun jamu yang saat ini sedang diminum, dan riwayat alergi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi karena tindakan apendiktomi adalah:
Perdarahan
Organ sekitar yang rusak
Infeksi di sekitar lubang di perut
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Baca Juga: Yuk, Rawat Luka Pasca Operasi Usus Buntu!
Referensi:
1. John Hopkins Medicine. Appendectomy [Internet]. Baltimore: John Hopkins Medicine. [Cited 6 February 2021].
2. Jones MW, Lopez RA, Deppen JG. Appendicitis. [Updated 2020 Dec 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Anda mungkin juga tertarik