Hidup Sehat
Memberi jeda waktu istirahat di dalam jadwal olahraga rutin seseorang, dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalisir risiko dari berolahraga.
World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi jumlah olahraga aerobik dan kekuatan yang harus dilakukan setiap hari untuk mengurangi berbagai risiko kesehatan.
Namun, data menunjukkan bahwa pada tahun 2017 hanya terdapat 24,3% orang dewasa di Amerika yang melakukan jumlah olahraga sesuai rekomendasi.
Walaupun terjadi peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, angka tersebut masih tergolong rendah. Olahraga yang cukup tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik. Kesehatan mental juga mendapat manfaat dari berolahraga.
Meskipun begitu, segala sesuatu yang terlalu banyak tidak memberikan pengaruh baik, dan olahraga termasuk salah satunya. Bahkan, penelitian menyarankan untuk memberi jeda waktu istirahat di dalam jadwal olahraga rutin seseorang. Pemberian jeda ini dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan olahraga.
Istirahat berguna sebagai waktu bagi tubuh untuk mengalami pemulihan dari rasa lelah selepas berolahraga. Rasa lelah, sampai tingkat tertentu, dapat menjadi penanda perkembangan tubuh selama olahraga.
Namun, rasa lelah yang berlebihan dapat terakumulasi dan menjadi beban yang memberatkan. Aktivitas fisik yang terlalu sedikit berhubungan dengan meningkatnya risiko berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, kanker, dan beberapa penyakit kronis lainnya.
Di sisi lain, aktivitas yang terlalu banyak, terutama bagi dewasa paruh baya dan lansia, dapat meningkatkan risiko kematian prematur karena tubuh menerima beban terlalu berat.
Baca Juga: Kenali Olahraga 7 Menit dan Manfaatnya
Rekomendasi dari sebuah studi tahun 2018 adalah olahraga intensitas tinggi selama lebih dari 4-5 jam dalam satu minggu dengan waktu istirahat selama satu hari untuk mencapai jumlah aktivitas fisik yang tepat, tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Rekomendasi mengenai waktu satu hari tanpa berolahraga juga didukung oleh studi lainnya pada tahun-tahun sebelumnya. Satu hari istirahat dalam jadwal olahraga rutin dapat mengurangi risiko keropos tulang dan inflamasi berlebihan.
Olahraga yang dilakukan berlebihan tanpa istirahat juga dapat menurunkan protein yang berperan dalam imunitas sehingga membuat tubuh lebih mudah sakit. Pada dasarnya, waktu pemulihan yang dibutuhkan oleh setiap orang berbeda-beda. Salah satu faktor yang membedakan adalah jenis dan intensitas olahraga yang dilakukan.
Seorang atlet yang melakukan olahraga intensitas tinggi tentu membutuhkan waktu pemulihan berbeda dengan seseorang yang melakukan berjalan kaki.
Perbedaan preferensi mengenai metode pemulihan juga dapat terjadi. Beberapa orang mungkin lebih memilih beristirahat total, sedangkan beberapa orang lainnya memilih untuk tetap melakukan olahraga intensitas rendah dan peregangan selama masa pemulihan.
Pemulihan setelah berolahraga juga memerlukan niat. Tidak berolahraga bukan berarti memulihkan diri. Contohnya adalah tidak berolahraga dan mengisi waktu olahraga dengan mengerjakan tugas lain.
Hal tersebut tidak dapat membantu seseorang mengembalikan energi. Di sisi lain, mengganti olahraga intensitas tinggi dengan yoga dapat membantu seseorang memulihkan diri dan merasa segar kembali sebelum kembali melakukan olahraga rutin.
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Baca Juga: Memilih Makanan yang Tepat Setelah Olahraga
Referensi:
1. Whitfeld GP, Carlson SA, Ussery EN, et al. Trends in Meeting Physical Activity Guidelines Among Urban and Rural Dwelling Adults — United States, 2008–2017. MMWR CDC [Internet]. 2019 Jun [cited 2020 Jul 28];68(23):514-8.
2. O'Keefe JH, O'Keefe EL, Lavie CJ. The Goldilocks Zone for exercise: not too little, not too much. Mo Med [Internet]. 2018 [cited 2020 Jul 28];115(2):98-105.
3. Tibana RA, Almeida LM, Sousa NMF, et al. Two consecutive days of extreme conditioning program training affects pro and anti-inflammatory cytokines and osteoprotegerin without impairments in muscle power. Front Physiol [Internet]. 2016 Jun [cited 2020 Jul 28];7(260):1-8.
Anda mungkin juga tertarik