Bahaya Tusuk Jari Saat Serangan Stroke

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 19 May 2020

Bagikan

Bahaya Tusuk Jari Saat Serangan Stroke

Apakah benar tusuk jari saat serangan stroke, dapat membuat orang tersebut sadar kembali? Akhir-akhir ini, muncul sebuah berita baru di masyarakat. Konon katanya, dengan menusuk jari seseorang ketika mengalami serangan stroke, maka orang tersebut dapat langsung sadar kembali.

Apakah ini penemuan mutakhir untuk menangani serangan stroke, jawaban dari kebingungan para ahli medis selama ini?

Menusuk Jari Saat Serangan Stroke Dapat Membuat Orang Tersebut Sadar Kembali?

Menurut informasi tersebut, ketika mengalami serangan stroke, maka letakkan orang tersebut di posisi duduk untuk mencegahnya dari terjatuh.

Lantas, lakukan tindakan sterilisasi pada ujung jari penderita stroke. Dalam beberapa menit, maka orang tersebut akan kembali sadar.

Informasi baru ini belum didasari oleh bukti medis yang kuat. Malah, melakukan tindakan ini kepada penderita stroke dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Pertama, memaksa seseorang untuk duduk ketika mengalami serangan stroke dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang memperparah serangan stroke.

Kedua, menusuk jari seseorang yang terkena stroke malah menghambat pertolongan yang harusnya segera diberikan kepada penderita stroke.

Serangan stroke atau stroke iskemik merupakan sebuah gejala gangguan pembuluh darah yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah oleh gumpalan darah.

Karena terganggunya aliran darah ke otak, maka penderita serangan stroke akan mengalami gejala-gejala seperti:

  • Kehilangan rasa pada wajah, tangan, atau kaki pada satu sisi tubuh.
  • Kesulitan berbicara dan memahami informasi.
  • Kehilangan penglihatan pada satu sisi atau kedua mata.
  • Serta rasa pusing mendadak tanpa penyebab yang jelas.

Baca Juga: Kenali Tanda Stroke Ringan

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Terjadi Serangan Stroke?

Ketika seseorang mengalami serangan stroke, maka dalam waktu cepat orang tersebut harus mendapatkan penanganan oleh ahli medis. Hal ini dapat dilakukan dengan segera menghubungi layanan ambulans rumah sakit atau dengan langsung mengantarkan orang tersebut ke unit gawat darurat rumah sakit.

Satu-satunya pengobatan yang dapat membantu penderita serangan stroke adalah dengan memberikan obat yang dapat mengatasi sumbatan darah pada pembuluh darah penderita stroke.

Informasi yang beredar di masyarakat merupakan kesalahpahaman terhadap teknologi SMARTChip, yaitu alat uji cepat yang sedang dikembangkan untuk mendiagnosis keparahan stroke ketika ahli medis melakukan pemeriksaan pertama.

Cara kerja alat ini adalah dengan mengambil darah pasien melalui penusukan jari. Lalu, darah ini akan diletakkan pada sumur alat SMARTChip. Alat ini akan mendeteksi keberadaan asam amino purin yang meningkat ketika sel-sel tubuh, termasuk sel-sel otak, mengalami kekurangan oksigen.

Keberadaan alat ini dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan diagnosis. Biasanya, ketika seseorang mengalami serangan stroke, diperlukan serangkaian pemeriksaan radiologis untuk memahami tingkat keparahannya.

Diperlukan lebih banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan radiologis, sehingga meningkatkan risiko kerusakan otak karena pertolongan tidak segera diberikan.

 

Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido HealthDownload aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

Baca Juga: Tips Merawat Penderita Stroke

 

Referensi:

1. Harpaz D, Eltzov E, Seet RCS, Marks RS, Tok AIY. Point-of-Care-Testing in acute stroke management: an unmet need ripe for technological harvest. Biosensors (Basel). 2017 Sep; 7(3): 30. doi: 10.3390/bios7030030

2. Randolph SA, et al. Ischemic stroke. Workplace Health Saf. 2016 Sep;64(9):444. doi: 10.1177/2165079916665400.

3. Grysiewicz RA, Thomas K, Pandey DK. Epidemiology of ischemic and hemorrhagic stroke: incidence, prevalence, mortality, and risk factors. Neurol Clin. 2008 Nov;26(4):871-95, vii. doi: 10.1016/j.ncl.2008.07.003.

Tag :
Bagikan artikel ini