Kesehatan Mental
Fanatisme kerap dikatakan sebagai salah satu gangguan kejiwaan. Benarkah demikian? Fanatisme pada dasarnya merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin dan memiliki arti amarah atau gangguan jiwa. Dari sini saja mungkin Anda sudah dapat melihat alasan mengapa fanatisme ini kerap disangkutkan dengan gangguan kejiwaan.
Meskipun begitu, apakah fanatisme memang merupakan gangguan kejiwaan? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, mari simak uraian mengenai fanatisme berikut ini.
Fanatisme sejatinya terjadi karena berbagai hal yang diyakini secara berlebihan. Nah, manakala tindakan fanatisme ini telah mengganggu diri sendiri dan orang di sekitarnya, dan bahkan menimbulkan kerugian dan dampak buruk lainnya, barulah kemudian fanatisme dapat dikatakan sebagai gangguan psikologis.
Seseorang yang fanatik cenderung meyakini segala sesuatu dengan cara yang ekstrem, dan pada akhirnya memaksakan keyakinannya sebagai suatu hal yang benar. Pada akhirnya, ia akan kesulitan dalam menerima informasi yang kontradiktif dengan keyakinannya, (meskipun hal tersebut bernilai benar) serta cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain di sekitarnya.
Baca juga: Termasuk Salah Satu Gangguan Mental, Kecemasan Adalah?
Sejatinya terdapat beberapa jenis fanatisme yang paling umum dikenal. Adapun jenis-jenis fanatisme tersebut di antaranya adalah:
Fanatisme konsumen yang melibatkan tingkat minat seseorang dalam menyukai kelompok, karya seni, atau ide tertentu.
Fanatisme emosional yang melibatkan kondisi emosional seseorang.
Fanatisme etnis atau ras yang membuat penderitanya merasa ras atau etnis tertentu memiliki supremasi yang tinggi.
Fanatisme nasionalis, atau yang kerap juga disebut sebagai fanatisme patriotik.
Fanatisme politik dan ideologis yang erat kaitannya dengan kepentingan golongan tertentu.
Fanatisme agama, yang memandang agama dalam bentuk yang paling ekstrem.
Fanatisme olahraga yang menggunakan olahraga sebagai ajang pembuktian dan perkelahian, seperti pada kasus hooliganisme sepakbola.
Orang yang fanatik pada umumnya percaya bahwa mereka berada di jalan yang paling benar, dan bahwa mereka dapat melakukan berbagai macam cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang dianggap mengidap fanatisme manakala ia memiliki ciri sebagai berikut.
Sulit memahami orang lain yang berada di luar kelompoknya atau bertentangan dengannya, baik itu benar ataupun salah.
Memiliki perasaan yang sangat tertutup, terutama terhadap pendapat orang lain.
Cenderung menentang orang-orang yang memiliki pendapat berbeda dengannya secara pribadi.
Apabila orang terdekat Anda memiliki ciri di atas, sebaiknya Anda tidak menyudutkannya. Dalam hal ini, ada baiknya Anda mencoba pendekatan yang lebih efektif dengan cara melibatkan anggota keluarga lain untuk memahaminya. Selain itu, cobalah untuk melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan mental yang profesional agar mendapatkan pencerahan mengenai hal yang sebaiknya dilakukan dalam membantu orang dengan fanatisme.
Kondisi fanatisme ini sebaiknya jangan diabaikan, karena akan berdampak buruk pada diri sendiri maupun orang lain di sekitar. Selain itu, fanatisme dapat menjadikan kondisi mental seseorang bertambah buruk, fungsi kognitif otak terganggu atau rusak, hingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih terganggu.
Fanatisme sejatinya dapat membuat seseorang menjadi terobsesi. Dalam hal ini, ada beberapa jenis gangguan kejiwaan yang bisa dikategorikan sebagai kondisi fanatisme, seperti gangguan disosiatif.
Seseorang yang mengalami fanatisme pada umumnya memiliki gangguan disosiatif ini, terutama ketika ia mengalami gangguan pada identitas dan kesadaran diri serta lingkungannya. Dalam istilah lain, kondisi ini disebut juga sebagai kepribadian ganda.
Selain gangguan disosiatif, ada pula gangguan kejiwaan yang sekaligus juga merupakan fanatisme yakni celebrity worship syndrome. Gangguan ini menyebabkan seseorang terobsesi kepada orang lain. Pada umumnya, penderita gangguan ini akan merasa tidak rela dan tersinggung manakala idolanya mendapatkan pencitraan yang buruk atau mendapatkan penghinaan oleh orang lain.
Itulah dia penjelasan mengenai pertanyaan, apakah fanatisme adalah gangguan kejiwaan. Pada akhirnya, memang dapat disimpulkan bahwa fanatisme ini merupakan gangguan kejiwaan manakala ia dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Hal ini kemudian menjelaskan mengapa fanatisme sampai saat ini masih menjadi momok terbesar yang paling berusaha dihindari oleh umat manusia.
Baca juga: Depresi Adalah Salah Satu Gangguan Kesehatan Mental, Simak Gejalanya
Memiliki pertanyaan? Anda bisa berkonsultasi lewat video call langsung dengan dokter terkait di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Playstore.
Ingin penjelasan lebih detail oleh dokter? Pesan konsultasi sekarang!
Mulai dari IDR 235.000
Sherman, Jeremy E. 2014. Fanaticism Is a Disease Like Alcoholism. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/ambigamy/201411/fanaticism-is-disease-alcoholism
Psychiatric Times. 2019. Bipolar Disorder or Fanaticism?. https://www.psychiatrictimes.com/view/bipolar-disorder-or-fanaticism
Victory, Ross. 2021. The Effects of Religious Fanaticism on Mental Health. https://goodmenproject.com/featured-content/the-effects-of-religious-fanaticism-on-mental-health-kpkn/
Ingin penjelasan lebih detail oleh dokter? Pesan konsultasi sekarang!
Mulai dari IDR 235.000
Anda mungkin juga tertarik