Kesehatan Mental
Mendengar istilah fetisisme, apa yang terbayangkan di pikiran Anda? Apakah kasus kain jarik yang sempat populer pada tahun lalu? Atau kasus-kasus lainnya? Jika gambaran mengenai fetisisme seksual yang timbul dipikiran Anda tergolong cukup negatif, hal ini dapat dikatakan wajar, mengingat para penderita gangguan ini kerap kali melakukan hal-hal yang tidak wajar dan bahkan mengganggu bagi sebagian besar orang.
Namun sebenarnya sudahkah Anda mengetahui apa itu fetisisme seksual? Secara singkat, fetisisme seksual ini adalah suatu kondisi di mana pengidapnya akan merasakan dorongan seksual tertentu, atau merasa terangsang dengan objek, situasi atau bahkan bagian tubuh tertentu yang bukanlah merupakan bagian tubuh, situasi, dan objek seksual. Sebagai contoh, adalah ketertarikan secara seksual terhadap ketiak, seragam sekolah, sepatu, dan lain sebagainya.
Gangguan fetisisme ini ternyata dapat dijelaskan secara medis. Dalam hal ini, gangguan fetisisme dapat juga disebut sebagai salah satu jenis gangguan parafilia (paraphilic disorder), di mana penderitanya akan menunjukkan minat seksual yang bersifat intens, ganjil, dan terus berulang, jika dibandingkan dengan minat seksual yang normal seperti pada umumnya.
Sejatinya, gangguan fetisisme seksual ini bersifat normal dan merupakan bagian dari seluk beluk seksualitas seseorang. Meskipun begitu, fetisisme ini akan menjadi parah apabila diiringi pula oleh kondisi mental yang cukup signifikan, belum lagi jika objek yang menjadi fokus dari fetishnya adalah suatu hal yang ilegal ataupun cenderung memaksakan kehendak orang lain. Menurut penjelasan pada laman Psychology Today, gangguan fetisisme ini lebih umum terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, gangguan fetisisme pada dasarnya adalah bagian dari gangguan paraphilic yang dapat terjadi pada awal masa pubertas seseorang. Selama proses transisi dimasa pubertas inilah gangguan fetisisme dapat berkembang.
Pada beberapa sumber lainnya, disebutkan bahwa fetisisme seksual ini bisa saja timbul dan berkembang sejak usia kanak-kanak, di mana pada saat itu anak mungkin saja terpapar pada kondisi atau situasi yang tidak sepatutnya untuk usianya, ataupun berhubungan dengan kondisi masturbasi.
Secara psikis, banyak ahli yang berpendapat bahwa gangguan fetisisme seksual ini bisa saja merupakan akibat dari keraguan yang cukup besar akan potensi diri, adanya rasa takut akan penolakan ataupun penghinaan dari orang lain, sehingga mendorongnya untuk memiliki gairah seksual terhadap benda mati ataupun objek lainnya yang dianggap tidak dapat menolak, menghina, dan bahkan melawannya. Dengan demikian, pemilik fetisisme seksual dalam hal ini mengembangkan perlindungan terhadap dirinya dengan cara tersebut.
Setelah mengetahui penjelasan mengenai fetisisme seksual itu sendiri, dan beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya, selanjutnya Anda mungkin bertanya-tanya, kapankah seseorang dikatakan memiliki gangguan fetisisme seksual? Dalam hal ini, ada beberapa gejala yang dapat diamati, berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh penderita. Adapun beberapa gejala yang mungkin bisa ditemukan adalah sebagai berikut.
Memiliki fantasi, dorongan, dan juga tindakan yang bersifat seksual terhadap objek, situasi, atau bagian tubuh tertentu yang tidak umum secara seksual.
Kerap merasakan dorongan seksual terhadap objek yang menjadi fetishnya selama lebih dari 6 bulan secara berturut-turut.
Telah melakukan tindakan tertentu dalam rangka menyikapi dorongan seksual yang hadir dari fetisisme tersebut.
Benda yang menjadi sumber fetish bukanlah merupakan jenis benda yang kerap digunakan dalam aktivitas hubungan seksual, seperti vibrator, sex toy, lingerie, dan lain sebagainya.
Apabila Anda merasa memiliki gejala-gejala tersebut, segeralah hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat mengenai kondisi Anda, serta untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan yang dibutuhkan mengenai hal tersebut. Dalam hal ini, penderita gangguan fetisisme seksual mungkin akan menjalani serangkaian terapi tindakan kognitif, hingga diberikan obat-obatan tertentu demi menghilangkan atau setidaknya menurunkan rangsangan seksual yang berkaitan dengan benda itu sendiri.
Pada akhirnya, mengenali diri sendiri adalah cara terbaik dalam mencegah perilaku fetisisme seksual ini menjadi parah dan merugikan orang lain. Dalam hal ini, Anda perlu mengetahui bahwa gangguan fetisisme sejatinya wajar dan umum, bahkan di banyak kasus bukanlah merupakan suatu ancaman, jika dibarengi dengan kontrol diri yang baik.
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Baca Juga: Mengenal Gangguan Stres Pasca Trauma Lebih Jauh
Sumber:
Stoppler, Melissa Conrad, 2021. Medical Definition of Fetishism.
Brown, George R. 2021. Fethisistic Disorder.
Psychology Today. Fethisistic Disorder.
Anda mungkin juga tertarik