22 Oct 2020 • Tips Kesehatan
Miopia atau rabun jauh yang lebih umum dikenal dengan mata minus oleh masyarakat Indonesia merupakan salah satu kelainan pada mata yang tergolong dalam kesalahan refraktif.
Kesalahan refraktif sendiri merupakan kondisi ketika mata tidak dapat merefleksikan cahaya dengan baik.
Pada miopia, kesalahan refraktif terjadi akibat bola mata terlalu panjang atau bagian mata yang bernama kornea terlalu melengkung sehingga bayangan benda yang seharusnya fokus pada retina menjadi fokus di depan retina.
Hal ini menyebabkan benda-benda yang posisinya jauh dari mata terlihat buram.
Miopia merupakan salah satu kelainan mata yang sering terjadi, bahkan prevalensinya terus meningkat belakangan ini. Prevalensi miopia pada masing-masing negara dan etnis.
Pada beberapa populasi etnis Asia, prevalensi miopia mencapai 50 hingga 70%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 1 dari 3 penduduknya memiliki miopia, serupa dengan prevalensi di Inggris.
Kelainan miopia seringkali dideteksi pada anak-anak berusia 6 hingga 13 tahun. Pada masa remaja, progresivitas miopia dapat bertambah parah akibat pertumbuhan yang berlangsung dengan cepat.
Secara umum, miopia diklasifikasikan menjadi miopia ringan (0 -1,5 dioptri), sedang (1,5 – 6 dioptri), dan tinggi (di atas 6 dioptri). Kelainan miopi dapat digolongkan menjadi kondisi patologis apabila seseorang menderita miopia dengan ukuran di atas 8 dioptri. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab seseorang memiliki miopia.
Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko miopia yaitu faktor genetic atau keturunan, kurangnya waktu bermain di luar ruangan (terutama pada anak), dan menghabiskan banyak waktu memfokuskan mata pada objek berjarak dekat, misalnya menggunakan perangkat elektronik, membaca, dan menulis.
Kelainan miopia terjadi secara bertahap sehingga penderita seringkali tidak menyadari. Akan tetapi, tanda dan gejala berikut dapat menjadi indikasi terjadinya miopia.
Apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter mata.
Diagnosis miopia ditetapkan setelah dokter melakukan uji penglihatan komprehensif dengan meminta pasien untuk membaca huruf-huruf pada suatu layar.
The National Health Service menganjurkan sebaiknya pemeriksaan mata dilakukan setiap dua tahun sekali.
Ketika terdiagnosis miopia, dokter mungkin akan menawarkan perawatan-perawatan di bawah ini untuk mengatasi miopia.
Menggunakan lensa korektif
Merupakan metode paling umum untuk mengatasi miopia. Lensa, baik kacamata maupun lensa kontak, akan membantu mengkompensasi bentuk mata sehingga fokus jatuh tepat pada retina.
Operasi refraktif
Salah satu jenis operasi refraktif yang paling umum adalah LASIK. Prinsip kerja LASIK adalah dengan mengembalikan bentuk kornea sehingga cahaya dapat fokus pada retina.
Tindakan ini sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak karena pertambahan miopia masih mungkin terjadi.
Ortokeratologi
Ortokeratologi merupakan metode mengatasi miopia dengan memasukkan lensa kontak yang keras untuk mengurangi kecembungan kornea.
Metode ini dikaitkan dengan risiko infeksi yang tinggi dan efek perbaikan penglihatan pun sementara.
Atropin dosis rendah
Pemberian atropine dosis rendah (0,01%) terbukti dapat mengurangi progresivitas miopia pada anak-anak dan remaja.
Referensi: