Tips Kesehatan
Salah satu vaksin tambahan yang dapat diberikan pada anak sebagai bagian dari program vaksinasi adalah vaksin Japanese Encephalitis. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang tidak banyak didengar dan diketahui, namun dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian dengan cukup cepat.
Penyakit japanese encephalitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus jenis flavivirus. Sesuai dengan namanya, penyakit ini merupakan penyakit yang endemik di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara.
Walaupun begitu, dalam beberapa waktu terakhir telah ditemukan satu kasus pertama di Afrika dan telah ditemukan adanya burung di Eropa yang terinfeksi virus japanese encephalitis.
Oleh karena itu, penyebaran japanese encephalitis dapat terjadi secara meluas. Secara molekuler, virus penyebab dari japanese encephalitis memiliki keterkaitan erat dengan beberapa virus lainnya, meliputi virus dengue dan virus Zika.
Baca Juga: Seberapa Lama Virus Corona Bertahan Hidup Dalam Tubuh Manusia?
Virus japanese encephalitis ditularkan terutama oleh nyamuk, namun dapat bertahan hidup di dalam beberapa spesies unggas perairan dan babi. Nyamuk merupakan vektor perantara yang menjembatani infeksi virus antara spesies binatang dengan manusia.
Walaupun begitu, manusia adalah host akhir dari virus sehingga penyebaran virus antar sesama manusia melalui gigitan nyamuk hampir mustahil terjadi. Jenis nyamuk yang berperan sebagai vektor japanese encephalitis adalah nyamuk Culex dan Aedes.
Setelah digigit oleh nyamuk yang membawa virus, virus kemudian akan bereplikasi di dalam sel-sel disekitar daerah gigitan nyamuk, dan kemudian menuju otak. Mekanisme bagaimana virus dapat menyebrangi sawar darah-otak masih belum diketahui dengan jelas.
Diagnosis laboratorium dibutuhkan agar dapat menegakkan diagnosis infeksi japanese encephalitis. Namun, pada umumnya pemeriksaan laboratorium hanya dapat dilakukan ketika penyakit sudah memasuki fase lanjut dan sudah berkomplikasi.
Belum ditemukan adanya obat yang dapat mencegah perpindahan virus menuju otak atau membunuh virus yang telah masuk ke dalam peredaran darah. Beberapa kandidat obat yang sedang dalam tahap pengembangan untuk japanese encephalitis meliputi eritrosin B dan tubasin.
Vaksinasi merupakan metode pencegahan utama yang dapat diberikan pada penduduk yang tinggal di daerah endemis japanese encephalitis. Vaksinasi japanese encephalitis dapat memicu imunitas terhadap virus yang umumnya dapat bertahan dalam waktu puluhan tahun.
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Baca Juga: Diantara Banyaknya Vaksin Untuk Covid-19, Vaksin Apa Yang Paling Bagus?
Referensi:
1. Filgueira L, Lannes N. Review of Emerging Japanese Encephalitis Virus: New Aspects and Concepts about Entry into the Brain and Inter-Cellular Spreading. Pathogens. 2019 Sep;8(3):111.
2. Choe YJ, Taurel A-F, Nealon J, Seo HS, Kim HS. Systematic review of seroepidemiological studies on Japanese encephalitis in the Republic of Korea. Int J Infect Dis. 2018 Feb 1;67:14–9.
Anda mungkin juga tertarik