Manajemen Gangguan Pendengaran pada Lansia

Ditinjau oleh dr. Yonathan Heru Suhalim • 29 Apr 2020

Bagikan

Gangguan Pendengaran pada Lansia

Gangguan pendengaran pada lansia memang biasa terjadi. Pada tahun 2012, World Health Organization memperkirakan satu dari tiga lansia yang berusia di atas 65 tahun memiliki gangguan pendengaran.

Meski umum dialami, gangguan pendengaran tak bisa dipandang sebelah mata. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan gangguan komunikasi, berkurangnya respons terhadap tanda-tanda bahaya, dan berkurangnya fungsi kognitif.

Penelitian membuktikan bahwa berkurangnya pendengaran meningkatkan risiko terjadinya demensia serta penurunan kemampuan kognitif seperti ingatan dan konsentrasi terjadi lebih cepat pada lansia dengan masalah pendengaran.

Jenis-Jenis Gangguan Pendengaran

Secara garis besar, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi gangguan pendengaran konduktif (conductive hearing loss) dan gangguan pendengaran sensorineural (sensorineural hearing loss).

Gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh terganggunya perambatan suara ke bagian dalam telinga yang dapat terjadi akibat menumpuknya kotoran telinga, terdapat cairan, atau rusaknya gendang telinga.

Gangguan pendengaran lainnya, yaitu gangguan pendengaran sensorineural, disebabkan karena terdapat kerusakan pada saraf pendengaran yang terletak pada bagian telinga dalam.

Gangguan pendengaran sensorineural yang dialami lansia dikenal dengan istilah presbycusis. Umumnya, gangguan pendengaran sensorineural bersifat permanen.

Beberapa faktor seperti terbiasa mendengar suara keras, kondisi kesehatan seperti diabetes mellitus dan hipertensi, penggunaan obat-obatan tertentu, dan keturunan meningkatkan risiko terjadinya gangguan pendengaran pada lansia.

Baca Juga: Dapatkah Stroke Menyebabkan Ketulian?

Meningkatkan Kualitas Hidup Melalui Kualitas Pendengaran yang Lebih Baik

Gangguan pendengaran pendengaran pada lansia umumnya terjadi secara bertahap sehingga tidak disadari. Tanda-tanda lansia mengalami gangguan pendengaran diantaranya kesulitan mendengar melalui telepon, sulit mendengar dan berkomunikasi dengan keluarga, kerabat, maupun rekan kerja.

Bahkan dapat menimbulkan perdebatan, sering meminta pengulangan ucapan, mendengarkan TV atau radio dengan volume keras sehingga menimbulkan complain orang lain, serta tidak mengerti ketika wanita atau anak kecil berbicara.

Apabila mengalami beberapa dari gejala di atas, dianjurkan untuk segera meminta bantuan professional seperti dokter keluarga, dokter spesialis THT, atau audiologis agar mendapat penanganan yang sesuai.

Membicarakan gangguan pendengaran dengan orang-orang terdekat dengan memberi tahu masalah pendengaran dan meminta untuk berbicara perlahan dapat memudahkan proses komunikasi pada lansia dengan gangguan pendengaran.

Tindakan yang akan diberikan untuk mengatasi gangguan pendengaran berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan. Alat bantu dengar atau hearing aids merupakan salah satu terapi yang diberikan pada gangguan pendengaran.

Hearing aids merupakan alat elektronik yang bekerja dengan membuat suara lebih keras. Alat ini biasanya digunakan pada gangguan telinga ringan-sedang.

Pilihan terapi lainnya adalah assistive listening device (ALD) yang umumnya disambungkan dengan perangkat komunikasi atau elektronik lainnya.

ALD umum digunakan pada lansia yang tidak dapat menggunakan hearing aids, contohnya pada orang tua dengan penurunan fungsi kognitif.

Selain itu, terdapat teknik implant yang umum dilakukan pada lansia dengan gangguan pendengaran berat. Implan koklea dapat membantu lansia yang memiliki gangguan pendengaran sensorineural berat.

Meskipun terdapat metode-metode untuk memperbaiki gangguan pendengaran, mencegah gangguan pendengaran tentu menjadi pilihan yang lebih baik.

Belum ditemukan secara pasti untuk mencegah gangguan pendengaran di usia tua, namun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yaitu menghindari suara yang terlalu keras.

Terutama dalam jangka waktu yang lama dan mengonsumsi cukup asam folat dan asam lemak omega-3 dalam diet sehari-hari.

 

Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido HealthDownload aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

Baca Juga: Olahraga atau Diet Untuk Turunkan Berat Badan?

 

Referensi:

1. Writer unknown. Age-related hearing loss [internet]. Place unknown: National Institute on Deafness and Other Communication Disorders; date unknown [updated 2018 Jul 17; cited 2020 Apr 4]. Available from: https://www.nidcd.nih.gov/health/age-related-hearing-loss

2. Writer unknown. Hearing loss: a common problem for older adults [internet]. Place unknown: National Institute on Aging; date unknown [updated 2018 Nov 20, cited 2020 Apr 4]. Available from: https://www.nia.nih.gov/health/hearing-loss-common-problem-older-adults

3. Walling AD, Dickson GM. Hearing loss in older adults. Am Fam Physician. 2012 Jun 15;85(12):1150-1156. Available from: https://www.aafp.org/afp/2012/0615/p1150.html

4. Phan NT, McKenzie JL, Huang L, Whitfield B, Chang A. Diagnosis and management of hearing loss in elderly patients. AFP. 2016 Jun; 45:366-369. Available from: https://www.racgp.org.au/afp/2016/june/diagnosis-and-management-of-hearing-loss-in-elderly-patients/

5. Writer unknown. Hearing loss in persons 65 years and older based on WHO global estimates on prevalence of hearing loss [internet]. Place unknown: World Health Organization; 2012 [cited 2020 Apr 4]. Available from: https://www.who.int/pbd/deafness/news/GE_65years.pdf

Tag :
Bagikan artikel ini