Kenali Terapi untuk Mengatasi Frozen Shoulder

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 12 Aug 2020

Bagikan

Frozen Shoulder dan Terapi Untuk Mengatasinya

Frozen shoulder atau yang disebut juga dengan adhesive capsulitis merupakan sebuah kondisi dimana terjadi nyeri dan kaku pada sendi bahu yang muncul secara bertahap, semakin memburuk, dan kemudian menghilang.

Kondisi yang belum diketahui penyebabnya secara pasti ini dapat terjadi sekitar 1 hingga 3 tahun lamanya. Pundak tersusun dari 3 tulang utama.

Yakni tulang humerus, skapula, klavikula serta jaringan ligamen dan tendok lainnya yang membentuk kapsul bahu. Pada kondisi frozen shoulder, bagian tersebut menjadi menebal dan tegang sehingga akan sulit untuk digerakan.

Hal ini terjadi akibat adanya pembentukan jaringan luka serta berkurangnya produksi cairan yang berfungsi untuk melubrikasi sendi. Kemudian, gerakan sendi pun menjadi sangat terbatas.

Gejala Frozen Shoulder

Gejala utama yang dirasakan adalah perasaan nyeri dan kaku ketika bahu digerakan. Secara umum, gejala tersebut terjadi dalam 3 fase utama:

1. Freezing Stage

Pasien akan merasakan nyeri setiap kali terjadi pergerakan pada regio bahu. Kemudian, ruang gerak sendi pun akan terbatas secara berangsur. Fase ini akan berlangsung selama 6 -9 bulan.

2. Frozen Stage

Pada tahap ini, nyeri akan berangsur menghilang. Namun, bahu akan menjadi lebih kaku dan sulit untuk digerakan. Fase ini dapat terjadi selama 4-12 bulan.

3. Thawing Stage

Pergerakan sendi membaik hingga akhirnya dapat bergerak secara normal sepenuhnya. Fase ini dapat berlangsung selama 6 bulan hingga 2 tahun.

Baca Juga: Meredakan Nyeri Akibat Cedera Gelang Bahu

Terapi untuk Mengatasi Frozen Shoulder

Frozen Shoulder dapat diatasi dengan berbagai jenis metode, diantaranya adalah injeksi kortikosteroid, distensi sendi, terapi fisik, operasi, dan manipulasi bahu. Berikut adalah terapi fisik yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut:

1. Freezing Phase

Pada tahap ini, pasien akan merasakan nyeri yang kuat, sehingga gerakan dengan ruang gerak yang tidak terlalu besar dapat membantu meringankan gejala.

Bantuan heat or ice pack dapat membantu mengatasi rasa sakit berlebih sebelum melakukan latihan. Berikut tiga gerakan yang umum dilakukan pada freezing phase.

Yaitu (2a) menggerakan bahu secara fleksi dengan tongkat, (2b) menggerakan bahu secara forward flexion dengan tongkat, serta (2c & 2c) melakukan gerakan pendulum dengan menggerakan tangan ke depam dan belakang.

2. Frozen Phase

Sama dengan fase sebelumnya, penggunakan heat or ice pack sebelum latihan dianjurkan untuk mengurangi rasa nyeri. Pada tahap ini, ruang gerak bahu akan semakin sempit.

Maka dari itu, latihan stretching untuk otot dada dan belakang bahu perlu dilakukan. Latihan yang dapat digunakan pada fase ini diantaranya adalah (3a) retraksi skapular dengan berdiri tegak dan menekan ke bagian belakang, (3b) posterior capsule stretch, dan (3c) rotasi eksternal bahu isometrik.

3. Thawing Phase

Pada fase ini, pasien secara berangsur dapat menggerakan bahu secara normal tanpa rasa nyeri maupun kaku. Pasien perlu menjaga kekuatan dengan melatih otot disekitar bahu dan lengan atas.

Perlu diperhatikan bahwa pasien juga perlu menjaga aktivitas fisiknya agar terhindar dari kejadian serupa.

 

Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

Baca Juga: Manfaat Luar Biasa Terapi Akupuntur

 

Referensi:

1. What Is a Frozen Shoulder? [internet]. New York: WebMD; [updated: 2019 Mar 14; cited: 2020 Jul 15]. Available from: https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-a-frozen-shoulder#2

2. Frozen shoulder [internet]. Rochester: Mayo Clinic; [updated: 2018 Jul 20; cited: 2020 Jul 15]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/frozen-shoulder/symptoms-causes/syc-20372684

3. Chan HBY, Pua PY, How CH. Physical therapy in the management of frozen shoulder. Singapore Med J. 2017 Dec; 58(12): 685-9. doi: 10.11622/smedj.2017107

Bagikan artikel ini