Cetirizine adalah salah satu obat golongan antihistamin, obat yang sering dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi alergi. Alergi ini termasuk rhinitis, asma, urtikaria, konjungtivitis, serta anafilaksis. Obat cetirizine merupakan obat generasi kedua dari antihistamin yang diluncurkan pertama kali di Italia, tepatnya pada tahun 1989. Hingga saat ini, cetirizine masih popular dan sering digunakan oleh penderita alergi di seluruh dunia.
Cetirizine, atau tepatnya cetirizine hidroklorida merupakan campuran rasemat yang terdiri atas dua enansiomer berjumlah sama, dekstrocetirizin, dan levocetirizine yang kondisinya tetap stabil. Obat ini juga tergolong ke dalam keluarga piperazin.
Histamin merupakan zat yang menjadi mediator penting untuk reaksi alergi. Zat ini terletak di antaranya pada saluran pernapasan, kulit, serta saluran pencernaan. Histamin juga bekerja pada empat jenis reseptor—suatu struktur yang oeka terhadap rangsangan tertentu—yang disebut dengan reseptor H1, H2, H3, dan H4. Histamin yang bekerja pada reseptor H1 dapat memicu rasa gatal, meningkatkan produksi cairan hidung, dan mendorong pergerakan otot di paru-paru serta usus.
Berbeda dengan reseptor H1, reseptor H2 bekerja untuk membantu histamin merangsang pengeluaran asam lambung. Reseptor H3 lebih bekerja pada sistem saraf pusat, dan reseptor H4 bekerja pada sel-sel di sistem kekebalan tubuh, saluran pencernaan, serta persarafan. Cetirizine sebagai obat antihistamin generasi kedua banyak bekerja dalam efek antiradang dan anti alergi pada sel-sel kekebalan tubuh. Obat ini akan bekerja secara kompetitif melawan reseptor H1 dan mencegah histamin menimbulkan efek pada otot polos dan sel imun.
Obat cetirizine juga memiliki ikatan yang cukup tinggi dengan serum albumin tubuh dan hanya sedikit diserap oleh otak. Hal ini membuat cetirizine minim efek sedatif yang memicu pengonsumsinya mengalami penurunan kesadaran hingga terlelap. Penyerapan obat ini juga cukup luas di dalam usus dan hanya sedikit yang dimetabolisme di hati. Cetirizine juga akan dikeluarkan bersama urine.
Cetirizine dianjurkan untuk dikonsumsi dalam rangka mengatasi gejala pada hidung dan area mata pada rhinitis alergi serta pengobatan urtikaria atau biduran. Obat ini akan bekerja dengan memberikan efek pada sel imun, sistem saraf pusat, serta sistem jantung dan pembuluh darah. Cetirizine tersedia dalam sediaan tablet 10 mg dan disarankan agar dikonsumsi sebanyak 10 mg sekali sehari sesuai petunjuk dari dokter. Cetirizine dapat dikonsumsi secara oral. Obat ini memiliki durasi kerja selama 12-24 jam sehingga cukup diberikan satu kali sehari.
Efek samping cetirizine sebagai antihistamin generasi kedua tergolong lebih sedikit dan tidak terlalu memberi efek penenang. Obat ini mungkin saja memberi efek sedasi atau penurunan kerja sistem saraf pusat jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Selain itu, efek samping yang mungkin muncul adalah sakit kepala, mengantuk, insomnia, kelelahan, hingga muncul ruam kemerahan pada kulit. Efek lainnya yang lebih jarang terjadi adalah kejang.
Penggunaan antihistamin secara berlebihan hingga terjadi overdosis dapat memicu kantung, rasa tidak nyaman, efek pada saluran cerna, sakit kepala, hingga peningkatan detak jantung. Apabila hal ini terjadi pada kamu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan EKG untuk menilai kerja jantung. Selain itu, pencegahan terjadinya kejang juga penting untuk dilakukan dan dimonitoring secara berkala oleh tenaga kesehatan.
Baca Juga: Apakah Alergi Makanan dapat Dicegah Sejak Dini
Referensi:
https://mrmjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40248-019-0203-6
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5895478/
Katzung, Bertram G., Susan B. Masters, and Anthony J. Trevor. Basic & Clinical Pharmacology. New York: McGraw-Hill Medical, 2012
Anda mungkin juga tertarik