Tinggi badan anak merupakan salah satu tolak ukur utama yang digunakan oleh orang tua untuk menentukan apakah sang anak terus bertumbuh dengan baik setiap tahunnya.
Setiap orang tua tentu ingin anaknya dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa tanpa ada kendala atau masalah kesehatan yang mengganggu.
Tentu menjadi kesan tersendiri bagi setiap orang tua ketika dapat melihat anaknya tumbuh semakin besar setiap harinya. Pada umumnya, anak-anak dapat terus bertumbuh sampai usia 18 tahun untuk anak perempuan dan sampai usia 21 tahun untuk anak laki-laki.
Sebelum mencapai batas usia tersebut, tubuh anak akan terus mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan menjalani proses pubertas sebelum anak akan memiliki komposisi tubuh selayaknya orang dewasa.
Beberapa orang tua selalu mengukur tinggi badan anaknya tiap tahun dan memberikan tanda kepada dinding rumah untuk menentukan tinggi anak pada tiap usia tahunan.
Memang, di kehidupan bermasyarakat tinggi badan merupakan salah satu hal yang seringkali dipandang penting, terutama untuk anak laki-laki.
Beberapa penelitian antropologi dan psikologi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seringkali tubuh yang tinggi sering diasosiasikan dengan keadaan tubuh yang lebih sehat secara tidak sadar.
Tinggi badan merupakan sebuah ukuran yang bersifat multifaktorial, yang berarti tinggi badan dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
Dalam hal tinggi badan, genetik merupakan faktor dengan pengaruh terbesar.
Pada umumnya, tinggi badan anak tidak akan banyak berbeda dari kedua orang tua dan merupakan kombinasi genetik antara kedua orang tua.
Menjaga asupan nutrisi merupakan faktor lain yang ditemukan dapat mendukung pertumbuhan anak.
Ditemukan bahwa asupan nutrisi yang terus dijaga dengan baik secara konsisten dari tahun ke tahunnya turut memaksimalkan proses pertumbuhan sehingga anak akan memiliki tinggi badan yang lebih tinggi pada usia dewasa.
Baca Juga: Mengandung Banyak Nutrisi, Ini Dia Manfaat Ikan Tuna!
Selain genetik dan asupan nutrisi, terdapat faktor lingkungan seperti kondisi sosioekonomi yang ditemukan memiliki keterkaitan dengan tinggi badan anak.
Anak yang terlahir pada pasangan dengan kondisi sosioekonomi yang baik umumnya akan memiliki tinggi badan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan teman-teman sebayanya.
Di luar dugaan, aktivitas fisik ternyata belum memiliki hubungan yang konklusif dengan tinggi badan.
Bahkan, beberapa aktivitas fisik dengan tingkat kebutuhan energi yang sangat tinggi dengan kontrol diet yang ketat seperti gimnastik dan menari ditemukan memiliki keterkaitan dengan tinggi badan yang lebih pendek.
Walaupun genetik memainkan peranan besar dalam menentukan tinggi badan, bukan berarti anak yang terlahir pada pasangan yang pendek akan memiliki tinggi yang pendek juga.
Hendaknya orang tua memaksimalkan faktor-faktor lain seperti nutrisi untuk dapat menjaga pertumbuhan anak agar tetap optimal.
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Baca Juga: Mengenal Renang sebagai Aktivitas Fisik Beserta Manfaatnya
Referensi:
1. Perkins JM, Subramanian SV, Davey Smith G, Özaltin E. Adult height, nutrition, and population health. Nutr Rev. 2016 Mar 1;74(3):149–65.
2. Rogol AD, Clark PA, Roemmich JN. Growth and pubertal development in children and adolescents: effects of diet and physical activity. Am J Clin Nutr. 2000 Aug 1;72(2):521S-528S.
3. Wronka I, PawliĆska-Chmara R. Childhood Environment and Adult Height among Polish University Students. Coll Antropol. 2009 Dec 1;33(4):1039–45.
Anda mungkin juga tertarik