Alpukat dan Kesehatan Jantung

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 23 May 2021

Bagikan

Alpukat dan Kesehatan Jantung

Apakah kamu termasuk pecinta buah-buahan dan sayuran? Seperti yang kita ketahui bahwa pedoman kesehatan di seluruh dunia merekomendasikan agar setiap individu meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran, khususnya sebagai sumber serat dan mikronutrien. Kandungan kalori dari buah dan sayuran juga tergolong rendah sehingga cocok untuk mengontrol berat badan.

Salah satu buah yang popular dikonsumsi adalah buah alpukat. Buah ini merupakan salah satu sumber lemak nabati yang mengandung asam lemak tak jenuh (MUFA), serat, serta berbagai nutrisi lainnya. Campuran fitokimia di dalamnya dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta berpotensi dalam menurunkan risiko penyakit kronis, salah satunya penyakit jantung. Lantas, bagaimana hubungan alpukat dengan kesehatan?

Mengenal alpukat

Alpukat memiliki nama latin Persea americana yang merupakan buah asli Meksiko, Amerika Selatan, dan sudah dibudidayakan sejak dahulu. Buah alpukat ini adalah buah yang terdiri dari hampir 10% lemak tak jenuh atau MUFA. Jensi Alpukat hass merupakan alpukat yang paling umum di dunia. Dalam setengah buah alupkat atau setara dengan 68 gram, terkandung zat gizi berupa gula (0,2 g), serat makanan (4,6 g), natrium (5,5 mg), kalium (345 mg), folat (60 mg), berbagai vitamin, fitosterol (57 mg), serta asam lemak tak jenuh tunggal (6,7 g). 

Alpukat yang dibuat sebagai minyak mengandung 71% asam lemak tak jenuh tunggal, 13% asam lemak tak jenuh ganda, (PUFA), serta 16% asam lemak jenuh. Meskipun begitu, kandungan lemak-lemak tersebut membantu meningkatkan profil lemak darah yang sehat serta meningkatkan ketersediaan vitamin larut lemak.

Efek alpukat terhadap kesehatan

Kandungan potasium atau kalium, serat, serta magnesium pada buah alpukat ternyata berhubungan dengan kesehatan jantung. Kandungan seratnya terdapat hampir 80% dengan 30%-nya merupakan serat larut dan 70% lainnya merupakan serat tak larut. Kandungan potasium pada buah alpukat juga diketahui membantu dalam kontrol tekanan darah, khususnya bagi penderita hipertensi yang tidak mengonsumsi obat.

Selain potasium, kandungan magnesium pada buah alpukat ternyata dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, termasuk penyakit jantung iskemi yang sudah fatal. Beberapa penyakit kardiovaskuler yang dapat dicegah adalah peradangan, kadar lemak darah yang tinggi, penyakit sindrom metabolik, serta membantu penurunan komposisi lemak tubuh.

Dalam suatu studi klinis ditemukan bahwa konsumsi 0,5-1,5 buah alpukat per hari dapat membantu mempertahankan serum kolesterol total yang normal pada laki-laki. Sebagian orang lainnya mengalami penurunan serum kolesterol total dan beberapa di antaranya tidak mengalami perubahan. Konsumsi buah ini juga dapat membantu mengontrol berat badan dan mempromosikan kesehatan jantung dengan profil lemak yang baik pada perempuan.

Bagaimana hubungan alpukat dengan penyakit jantung?

Komposisi lemak tubuh memainkan peranan penting dalam terjadinya penyakit pada jantung dan pembuluh darah. Lemak yang tinggi dalam darah dapat memicu penumpukan dan pembentukan plak hingga aliran darah menjadi tersumbat. Hal-hal inilah yang dapat memicu penyakit jika tidak segera diberikan tata laksana.

Dengan kandungan nutrisinya yang mampu mengontrol kadar lemak darah serta meningkatkan kadar lemak baik dalam tubuh, alpukat membantu dalam pencegahan risiko penyakit kardiovaskuler. Manfaatnya dalam menurunkan indeks massa tubuh dan menurunkan berat badan juga memainkan peranan penting dalam risiko penyakit. Sebab, obesitas seringkali menjadi faktor risiko berbagai penyakit, tidak hanya penyakit pada sistem kardiovaskuler, tetapi juga organ tubuh lainnya. 

Membiasakan konsumsi alpukat maupun buah-buahan lainnya akan membantu menjaga kesehatan tubuh dan memberikan efek baik bagi kebugaran. Meskipun tinggi lemak, buah alpukat mengandung jenis lemak yang baik sehingga aman untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Kenali Tanda-Tanda Serangan Jantung


Referensi:

  1. https://nutritionj.biomedcentral.com/articles/10.1186/1475-2891-12-1

  2. https://academic.oup.com/ajcn/article/107/4/523/4964644?login=true

  3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3664913/

  4. https://www.mdpi.com/2072-6643/10/9/1287/htm

Bagikan artikel ini