Mengenal Latihan Pernapasan untuk Penyandang Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 16 Feb 2021

Bagikan

Mengenal Latihan Pernapasan untuk Penyandang Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Oksigen merupakan senyawa yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kita mendapatkan oksigen dengan cara bernapas. Namun, ternyata terdapat teknik latihan pernapasan yang dapat memaksimalkan pengambilan oksigen sehingga sangat baik diterapkan pada penyandang penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Sesuai dengan namanya, PPOK merupakan penyakit yang kronis, artinya berproses dan menetap dalam waktu yang cukup lama. Pada PPOK, terjadi peradangan terus-menerus pada saluran pernapasan. Akibat peradangan ini, saluran pernapasan mengalami penyempitan atau yang dikenal dengan obstruksi sehingga jalur pernapasan tentunya akan terganggu.

PPOK disebabkan oleh paparan partikel asing atau gas yang berbahaya berkepanjangan. Salah satu partikel asing yang paling sering menyebabkan PPOK adalah zat-zat dalam rokok. Biasanya, PPOK mulai muncul pada perokok dengan usia 40 tahun ke atas.

Namun, jumlah penderita PPOK terus meningkat dan penderita PPOK dengan usia muda mungkin terus meningkat. Biasanya penderita PPOK akan memiliki gejala batuk-batuk, sesak napas, hingga batuk berdahak.

Mengapa kita dapat merasakan sesak napas?

Tubuh memiliki sensor untuk berbagai macam senyawa dalam tubuh. Untuk pernapasan, tubuh mengenali napas kita cukup atau tidak melalui kadar oksigen dan karbondioksida. Sensor yang dapat mengenali oksigen dan karbondioksida disebut sebagai kemoreseptor. Kemoreseptor dalam tubuh sebenarnya cukup banyak, namun kemoreseptor yang berperan dalam pernapasan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sentral dan perifer.

Kemoreseptor sentral berada pada batang otak dan cenderung lebih sensitif pada karbondioksida yang terkandung pada cairan otak. Sementara kemoreseptor perifer berada pada pembuluh darah besar yang berada di leher, yang disebut dengan lengkung aorta. Berbeda dengan kemoreseptor sentral, kemoreseptor perifer ini lebih sensitif pada kadar oksigen.

Walaupun sensor pernapasan ini terbagi menjadi 2, keduanya sama-sama akan memberikan respon yang sama. Ketika kadar karbondioksida tinggi, kemoreseptor sentral akan memberikan sinyal berupa sesak napas. Begitu pula ketika kadar oksigen rendah, kemoreseptor perifer akan memberikan sinyal serupa.

Pursed Lip Breathing (PLB)

PLB merupakan teknik latihan pernapasan yang membantu kita untuk mengontrol oksigenasi. Teknik latihan pernapasan PLB ini cukup mudah. Ketika inspirasi atau menarik napas, kita dapat menggunakan hidung seperti biasa. Namun, yang berbeda adalah ketika kita akan membuang napas, napas dikeluarkan melalui mulut secara perlahan, bukan hidung. 

http://copd2017.com/index.php/breathing-techniques/

Ketika membuang napas, bibir perlu dijaga agar tetap dalam kondisi dikerutkan. Dengan bernapas dengan cara seperti ini, fase ekspirasi atau membuang napas akan lebih panjang apabila dibandingkan dengan teknik bernapas biasa. Artinya, zat yang dikeluarkan saat bernapas, yaitu karbondioksida,  akan lebih banyak daripada zat yang dihirup, yaitu oksigen.

Pada penderita PPOK, terjadi penyumbatan atau obstruksi jalur napas, baik akibat peradangan maupun lendir yang dihasilkan. Obstruksi ini akan menyebabkan penderita PPOK sulit membuang napas. Dengan melakukan PLB, penderita PPOK akan terbantu mengeluarkan karbondioksida yang tersisa. Oleh karena itu, gejala sesak napas yang dirasakan pun dapat menurun.

Manfaat Pursed Lip Breathing (PLB)

PLB sudah terbukti secara klinis dapat membantu meredakan gejala sesak napas pada pasien PPOK. PLB juga sudah banyak digunakan oleh dokter-dokter rehab medis ketika menangani pasien PPOK. Namun, untuk merasakan manfaatnya, PLB ini perlu dilakukan dengan teknik yang benar. Selain itu, untuk melakukan PLB, sebaiknya dibatasi cukup sebanyak 3 hingga 5 siklus saja karena durasi yang diperpanjang justru akan membuat otot-otot pernapasan lebih lelah.

Pursed lip breathing merupakan teknik latihan pernapasan yang sangat direkomendasikan pada penderita PPOK. Namun, apabila kamu ingin mempraktikannya secara rutin, lebih baik meminta orang yang sudah profesional seperti dokter maupun fisioterapis agar teknik PLB yang dilakukan baik dan tepat sehingga kamu dapat merasakan manfaatnya secara maksimal.

Referensi:

  1. Nguyen J, Duong H. Pursed-lip Breathing. [Updated 2020 Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545289/
  2. Agarwal AK, Raja A, Brown BD. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559281/
Bagikan artikel ini