HIS
Dalam dunia medis, keselamatan pasien merupakan prioritas utama. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan obat adalah keberadaan obat high-alert atau obat yang diwaspadai karena risiko tinggi. Obat-obatan ini memiliki potensi bahaya yang lebih besar jika terjadi kesalahan dalam pemberian, penyimpanan, atau penggunaannya. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang obat high-alert sangat diperlukan bagi tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, dan pengelola fasilitas kesehatan. Dalam artikel ini, akan membahas lebih dalam mengenai apa itu obat high-alert dan bagaimana penggunaan & penyimpanannya.
Obat high-alert adalah obat yang dapat menyebabkan dampak serius atau bahkan fatal bagi pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Kesalahan ini dapat terjadi pada tahap peresepan, pemberian, maupun penyimpanan obat. Permenkes No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, juga menegaskan pentingnya pengelolaan obat yang aman untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Beberapa karakteristik obat high-alert meliputi:
Rentang terapi yang sempit, artinya dosis yang sedikit berlebihan dapat berbahaya.
Berisiko tinggi menyebabkan efek samping berat, termasuk kematian.
Sering menjadi penyebab kejadian sentinel (sentinel event) akibat kesalahan medis.
Ada beberapa kategori obat yang tergolong high-alert di antaranya adalah:
Obat seperti Warfarin, Heparin, dan Enoxaparin memiliki risiko tinggi menyebabkan perdarahan hebat jika tidak diberikan dengan tepat.
Obat seperti Insulin, Metformin, dan Glibenclamide dapat memicu hipoglikemia berat yang berpotensi menyebabkan koma atau bahkan kematian.
Obat seperti Doxorubicin, Cisplatin, dan Methotrexate memiliki toksisitas tinggi dan dapat memberikan efek samping berat terhadap organ tubuh.
Contohnya adalah Kalium klorida (KCl), Natrium klorida (NaCl) 3%, dan Magnesium sulfat yang dapat mengakibatkan gangguan elektrolit yang berisiko menyebabkan aritmia atau henti jantung.
Obat seperti Midazolam, Propofol, dan Fentanyl dapat mengakibatkan depresi pernapasan hingga henti napas.
Obat seperti Cefuroxime dan Ceftriaxone berisiko tertukar dengan obat lain yang mirip namanya.
Kesalahan dalam pemberian obat high-alert sering terjadi akibat beberapa faktor seperti:
Kesalahan penulisan resep atau membaca instruksi terapi.
Kesalahan dalam mengambil atau menyiapkan obat.
Kesalahan dalam administrasi obat kepada pasien.
Kurangnya pemahaman tenaga medis mengenai potensi risiko obat tersebut.
Penyimpanan obat high-alert harus dilakukan dengan standar keamanan tinggi untuk mencegah kesalahan. Berikut adalah beberapa cara penyimpanan yang dianjurkan:
Obat high-alert harus disimpan dalam lemari khusus dengan penandaan warna merah dan stiker “High-Alert” agar mudah dikenali dan tidak tertukar dengan obat lain. Untuk obat dengan kemiripan nama atau kemasan (LASA), letakkan di lokasi yang terpisah guna menghindari kesalahan pengambilan.
Hanya tenaga medis yang berwenang yang boleh mengakses obat high-alert guna menghindari penggunaan yang tidak tepat. Penggunaan sistem pemindaian barcode dapat membantu memastikan pengambilan obat yang benar.
Obat high-alert harus disimpan sesuai dengan spesifikasi suhu yang direkomendasikan, yaitu:
Obat yang memerlukan suhu dingin (2–8°C) harus disimpan dalam lemari pendingin farmasi.
Obat yang stabil pada suhu ruangan (15–25°C) disimpan dalam lemari dengan kontrol suhu dan kelembaban yang baik.
Gunakan metode First In, First Out (FIFO) dan First Expired, First Out (FEFO) untuk memastikan obat yang lebih lama atau hampir kedaluwarsa digunakan terlebih dahulu. Lakukan pengecekan berkala terhadap obat untuk menghindari penggunaan obat yang sudah kedaluwarsa.
Elektrolit konsentrat seperti Kalium klorida (KCl) dan Natrium klorida (NaCl) 3% hanya boleh disimpan di gudang farmasi, apotek sentral, depo rawat inap, dan troli emergency. Penyimpanan harus dengan penandaan khusus agar tidak disalahgunakan.
Sebagai penyedia solusi teknologi kesehatan, AIDO Health memiliki sistem informasi manajemen yang dapat membantu rumah sakit dan klinik dalam mengelola obat high-alert secara lebih aman dan efisien. Beberapa fitur unggulan dalam Sistem Informasi Manajemen Klinik (SIM Klinik) dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) meliputi:
Barcode Scanning untuk Verifikasi Obat
Setiap obat yang dikeluarkan dan diberikan kepada pasien dapat diverifikasi dengan sistem pemindaian barcode, memastikan keakuratan obat dan dosis yang diberikan.
Integrasi dengan Rekam Medis Elektronik (RME)
Seluruh riwayat penggunaan obat high-alert dapat tercatat secara otomatis, membantu dalam monitoring dan evaluasi penggunaan obat di fasilitas kesehatan.
Dengan mengadopsi teknologi SIM Klinik dan SIMRS dari AIDO Health, rumah sakit dan klinik dapat meningkatkan keselamatan pasien, mengurangi risiko medication error, serta memastikan kepatuhan terhadap standar pengelolaan obat high-alert yang telah ditetapkan pemerintah.
Pengelolaan obat high-alert membutuhkan perhatian khusus untuk mengurangi risiko kesalahan yang dapat membahayakan pasien. Dengan menerapkan standar penyimpanan, sistem double-check, edukasi tenaga medis, serta pemanfaatan teknologi seperti SIM Klinik dan SIMRS dari AIDO Health, fasilitas kesehatan dapat meningkatkan keselamatan pasien dan efektivitas terapi obat.
Sebagai tenaga kesehatan, mari bersama-sama meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam menangani obat high-alert demi keselamatan pasien yang lebih baik.
Tertarik untuk meningkatkan manajemen obat dan inventaris di fasilitas kesehatan Anda? Hubungi AIDO Health hari ini dan temukan bagaimana SIM Klinik & SIMRS dapat merevolusi operasional Anda.
Anda mungkin juga tertarik