Olahraga Untuk Penderita Kencing Manis

Ditinjau oleh -- • 05 Jun 2020

Bagikan

Peran olahraga dalam perbaikan diabetes melitus

Rasa lelah berlebih merupakan salah satu penanda gejala diabetes melitus atau kencing manis. Rasa lelah yang dialami oleh penderita diabetes berbeda dengan rasa lelah biasa. Pada umumnya, rasa lelah dapat membaik setelah beristirahat, namun hal ini tidak berlaku bagi penderita diabetes.

Hal ini disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Selain itu, rasa lelah ini dapat juga terkait dengan kondisi psikologis penderita kencing manis.

Ketika seseorang mengalami diabetes, terjadi perubahan dalam penggunaan gula darah oleh tubuh. Seharusnya, gula dari makanan yang dikonsumsi penderita diabetes akan dipecah oleh insulin tubuh menjadi komponen gula yang lebih sederhana.

Namun, penderita diabetes mengalami gangguan pada produksi insulin maupun penggunaan insulin.Sel-sel pada tubuh yang hanya dapat menyerap gula sederhana pun menjadi kekurangan bahan bakar. Dampaknya, sel-sel mengalami kekurangan nutrisi yang gejalanya nampak melalui kelelahan berlebih.

Lantas, bila lelah terus-menerus, haruskah penderita diabetes beristirahat total tanpa berolahraga? Tentu tidak. Penderita diabetes harus tetap berolahraga, namun tentu dengan takaran yang pas.

Gaya hidup sedenter merupakan salah satu faktor risiko kencing manis. Gaya hidup sedenter dapat meningkatkan kemungkinan obesitas. Salah satu komplikasi dari obesitas adalah terkena kencing manis.

Dengan berolahraga, maka dapat terjadi kenaikan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Dalam jangka pendek, berolahraga juga akan menurunkan kadar gula dalam darah.

Olahraga yang tepat bagi penderita diabetes terdiri dari komponen sebagai berikut:

  • Pertama, setidaknya dua setengah jam aktivitas fisik per minggu dengan beban menengah hingga berat seperti aerobik air, jalan cepat, lari kecil atau jogging, danrenang.
  • Kedua, dua hingga tiga kali latihan beban yang menguatkan otot, seperti angkat beban atau push-up.
  • Ketiga, tidak ada dua hari berturut-turut tanpa aktivitas fisik.
  • Keempat, tidak duduk untuk lebih dari tiga puluh menit sehari.
  • Kelima, latihan kelenturan tubuh seperti stretching atau yoga.

Selain itu, olahraga juga dapat memperbaiki suasana hati seseorang. Berolahraga dapat memproduksi hormon serotonin yang memberikan efek bahagia. Pada sebuah studi pada tahun 2016, ditemukan bahwa penderita diabetes lebih rentan mengalami depresi.

Depresi sendiri berhubungan dengan penurunan pengolahan serotonin dalam tubuh. Berolahraga pun dapat membantu perasaan depresi pada penderita diabetes melitus.

Referensi:

  1. Yuan TF, Paes F, Arias-Carrión O, Ferreira Rocha NB, de Sá Filho AS, Machado S.Neural mechanisms of exercise: anti-depression, neurogenesis, and serotonin signaling. CNS Neurol Disord Drug Targets. 2015;14(10):1307-11. doi: 10.2174/1871527315666151111124402
  2. Meurs M, Roest AM, Wolffenbuttel BH, Stolk RP, de Jonge P, Rosmalen JG. Association of depressive and anxiety disorders with diagnosed versus undiagnosed diabetes: an epidemiological study of 90,686 participants. Psychosom Med. 2016 Feb-Mar;78(2):233-41. doi: 10.1097/PSY.0000000000000255.
  3. Radlinger B, Ramoser G, Kaser S. Exocrine pancreatic insufficiency in type 1 and type 2 diabetes. Curr Diab Rep. 2020 Apr 1;20(6):18. doi: 10.1007/s11892-020-01304-0.
  4. Ministry of Health and Welfare and Community-based Care Project Committee in the Republic of Korea. Physical activity for patients with diabetes. Republic of Korea: WHO; 2017.
Bagikan artikel ini