Manajemen Diabetes Mellitus selama Puasa Ramadan

Ditinjau oleh -- • 14 May 2020

Bagikan

Puasa di bulan Ramadan merupakan salah satu ibadah yang rutin dilaksanakan setiap tahun oleh umat Muslim di seluruh dunia. Seorang Muslim diwajibkan bepuasa apabila telah mencapai pubertas dan tidak memiliki kondisi lain yang menyebabkan dirinya tidak mampu atau tidak boleh berpuasa, seperti sakit atau menstruasi.

Selama berpuasa, tidak boleh ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, termasuk obat yang dikonsumsi melalui mulut atau suntik, selama periode subuh hingga petang.

Diabetes mellitus (selanjutnya disebut diabetes) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia, yaitu level glukosa darah lebih tinggi dari normal.

Pasien diabetes diizinkan untuk tidak menjalankan puasa apabila khawatir puasa dapat membahayakan dirinya karena berbagai komplikasi seperti hiperglikemia, hipoglikemia, dehidrasi, dan ketoasidosis diabetik.

Meskipun demikian, diperkirakan hingga 79% Muslim yang menderita diabetes memilih untuk berpuasa selama setidaknya 15 hari selama bulan Ramadan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pasien diabetes untuk mencegah terjadinya komplikasi selama menjalankan puasa Ramadan adalah sebagai berikut.

Mengenali kondisi diri sendiri

Pasien diabetes dengan risiko tinggi dan risiko sangat tinggi disarankan untuk tidak berpuasa. Namun, apabila pasien memiliki keinginan besar untuk berpuasa, maka dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Memantau glukosa darah

Pemeriksaan glukosa darah menggunakan jarum suntik tidak membatalkan puasa karena tidak ada zat yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui jarum tersebut. Penting bagi pasien dengan diabetes untuk mengukur kadar glukosa darah setelah berbuka puasa untuk mendeteksi hiperglikemia postprandial (hiperglikemia yang terjadi setelah makan).

Selain itu, pasien juga harus memeriksa kadar glukosa darah apabila mengalami gejala hipoglikemia, hiperglikemia atau merasa tidak sehat.

Memilih jenis makanan dan minuman yang sesuai untuk sahur dan berbuka

Berbuka puasa sering kali dijadikan sebagai ajang ‘balas dendam’ dan dapat memicu terjadinya komplikasi pada pasien diabetes.

Maka dari itu, pasien diabetes disarankan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah dan tinggi serat saat sahur dan berbuka, mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, menggunakan sedikit minyak saat memasak, menghindari minuman berkafein, dan meminum banyak air putih sepanjang periode berbuka hingga sahur.

Tetap aktif bergerak

Aktivitas fisik yang disarankan adalah intensitas rendah-sedang. Contoh sederhana yang dapat dilakukan adalah salat tarawih karena mencakup gerakan membungkuk, berlutut, dan berdiri secara berkala.

Berkonsultasi kepada dokter untuk melakukan penyesuaian obat-obatan

Penyesuaian dosis dan/atau waktu pemberian beberapa obat mungkin diperlukan selama bulan Ramadan untuk meminimalkan risiko hipoglikemia pada pasien diabetes yang berpuasa. Diskusikanlah hal ini dengan dokter.

Mengetahui kapan harus membatalkan puasa

Pasien harus mengenali gejala-gejala hipoglikemia dan hiperglikemia, dan disarankan untuk memeriksa glukosa darah apabila mengalami gejala-gejala tersebut.

Pasien harus membatalkan puasa dengan mengonsumsi karbohidrat sederhana jika glukosa darahnya kurang dari 70mg/dL. Pasien juga disarankan mempertimbangkan untuk membatalkan puasa dengan obat penurun gula darah jika glukosa darahnya lebih dari 200mg/dL.

Bulan Ramadan merupakan bulan yang dinantikan oleh umat Muslim. Bagi pasien diabetes, penting untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat puasa melalui cara-cara di atas. Jangan sampai puasa yang seharusnya membawa berkah justru membawa petaka bagi kita.

Referensi:

  1. International Diabetes Federation and the DAR International Alliance. Diabetes and Ramadan: practical guidelines. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation, 2016. Available from: www.idf.org/guidelines/diabetes-in-ramadan and www.daralliance.org
  2. Pakkir Maideen N-M, Jumale A, Alatrash J. Management of diabetes mellitus in islamic fasting. J Nutrition Fasting Health [Internet]. 2019 [cited 2020 Apr 5];7(1): 26-36. DOI: 10.22038/jnfh.2019.37514.1164
Bagikan artikel ini