Penderita diabetes rawan mengalami berbagai komplikasi penyakit. Komplikasi tersebut
dalam menyerang mata, persarafan, hingga dapat menimbulkan luka yang sulit sembuh. Luka yang
dialami penderita diabetes dinamakan dengan ulkus diabetikum. Mari kita bahas mengenai penyakit
ini!
Apa itu ulkus diabetikum?
Ulkus diabetikum adalah luka yang seringkali terjadi sebagai komplikasi penyakit diabetes
dan bersifat merusak jaringan, khususnya pada kulit. Luka ini paling sering menyerang kaki dan dapat
menimbulkan luka kehitaman yang disebut sebagai gangren. Gangguan ini terjadi sebanyak 4-10%
pada penderita diabetes dengan angka tertinggi terjadi pada penderita berusia lebih tua. Sebanyak
15% penderita ulkus diabetikum diperkirakan memiliki risiko penyakit ini seumur hidup.
Mayoritas penderita ulkus diabetikum akan sembuh, namun sebanyak 10-15% di antaranya
tetap aktif, dan sebanyak 5-25% di antara memerlukan tindakan amputasi dalam 6-17 bulan setelah
penegakan diagnosis pertama. Luka ini dapat berpengaruh kepada saraf maupun pasokan aliran
darah yang mengirimkan oksigen ke jaringan. Kondisi luka yang mengalami iskemi atau kekurangan
pasokan aliran darah inilah yang seringkali mengarah kepada tindakan amputasi.
Bagaimana mengobati luka akibat diabetes?
Standar emas untuk mengobati luka akibat diabetes adalah debridemen luka, manajemen
infeksi, prosedur revaskularisasi jika diperlukan, serta membuka atau membongkar ulkus. Selain itu,
pengobatan perlu didukung dengan mengontrol gula darah secara optimal serta melakukan evaluasi
aliran darah dari arteri di alat gerak.
a. Debridemen luka
Debridemen merupakan tindakan pembersihan area luka dari kotoran-kotoran maupun jaringan
yang sudah mati pada luka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan
pembentukan jaringan baru dan mencegah terjadinya infeksi. Jaringan yang mati harus diangkat
hingga dasar luka berdarah. Meskipun begitu, penting untuk memerhatikan terjadinya iskemi atau
gangguan aliran darah yang berat.
Pada debridemen luka dengan prosedur bedah, pembersihan luka dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah. Pisau ini membantu menghilangkan penebalan kulit serta jaringan mati.
Jaringan sehat, ditandai dengan warna merah atau merah muda, perlu diperhatikan dan dilindungi
agar tidak terpapar kotoran dan dapat melalui penyembuhan dengan baik.
Prosedur debridemen dapat memanfaatkan agen enzimatik. Agen ini akan menghilangkan
jaringan mati tanpa merusak jaringan yang sehat. Umumnya, debridemen dengan agen enzimatik
diberikan untuk luka iskemi karena jika dilakukan dengan pembedahan akan menimbulkan rasa sakit
yang hebat.
Setelah luka dilakukan debridemen, aliri luka dengan cairan saline atau pembersih, kemudian
balut luka untuk melindungi luka dari kontaminasi benda asing maupun menyerap kelebihan cairan.
Untuk balutan ini, gunakan pembalut standar seperti kassa dengan ketebalan yang tetap membuat
nyaman bergerak.
b. Manajemen infeksi
Manajemen infeksi pada luka tentu menjadi salah satu hal penting untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Untuk mengetahui terjadinya infeksi pada luka, dokter akan melihat tanda
dan gejala, seperti adanya pembengkakan, rasa sakit di area luka, kemerahan, bau, serta adanya
nanah.
Untuk mengatasi infeksi, dokter akan memberikan kamu obat antibiotic yang harus digunakan
secara rutin, yakni sekitar 1-2 minggu untuk infeksi ringan dan 2-3 minggu untuk infeksi sedang
hingga berat. Dengan pengobatan yang baik, risiko untuk dilakukan amputasi pada area luka menjadi
berkurang.
c. Revaskularisasi
Penderita luka akibat diabetes umumnya disarankan agar melakukan pemeriksaan gangguan
pembuluh darah arteri. Hal ini penting untuk mengetahui bagaimana pasokan aliran darah yang
membawa oksigen ke jaringan yang luka. Apabila terjadi gangguan pada aliran darah, perlu
dilakukan tata laksana lebih lanjut untuk mencegah kematian jaringan di area luka yang dapat
berakibat amputasi.
d. Off-loading
Pengobatan luka dengan off-loading bertujuan untuk mengurangi beban pada kaki saat
bergerak, khususnya bagi penderita ulkus diabetikum di area telapak kaki. Pada pengobatan ini,
kamu disarankan untuk menggunakan kursi roda atau kruk. Dengan mengurangi tekanan pada luka,
hal ini terbukti meningkatkan penyembuhan sebesar 73-100%.
Saat ini telah dikembangkan alat bantu jalan yang dapat dilepas dengan lapisan perban. Metode
ini dikenal dengan nama total contact cast (TCC) yang tidak dapat dilepas. Hal ini juga bermanfaat
untuk memudahkan pemeriksaan luka secara rutin, mengganti balutan luka, serta mendeteksi
adanya infeksi. Umumnya, alat ini disarankan bagi penderita luka yang terletak di kaki depan atau
tengah, luka iskemi berat, luka yang dalam, serta permukaan luka yang buruk.
Selain cara-cara di atas, dalam manajemen pengobatan luka ulkus diabetikum perlu didukung
dengan perawatan dari tenaga kesehatan, mencakup dokter bedah, dokter spesialis diabetes,
terapis, dan perawat.
Cukup sekian informasi dari tim Aido, semoga bermanfaat. Simak juga artikel kesehatan lainnya hanya di Aido.
Referensi
1. https://clinical.diabetesjournals.org/content/24/2/91
2. https://emedicine.medscape.com/article/460282-treatment#d1
3. Alexiadou K, Doupis J. Management of diabetic foot ulcers. Diabetes Ther. 2012;3(1):4.
4. Everett E, Mathioudakis N. Update on management of diabetic foot ulcers. Ann N Y Acad Sci.
2018;1411(1):153-165
Anda mungkin juga tertarik