Imipenem

Ditinjau oleh dr. Alvin Saputra • 25 Apr 2022

Bagikan

Imipenem

Nama dagang: Impenem-Cilastatin, Imiclast, Elastyn Iv, Imipex, Pelastin, Tienam

Imipenem merupakan salah satu contoh obat antibiotik golongan beta laktam. Dilihat dari struktur senyawanya, imipenem dikategorikan lagi ke dalam kelas carbapenem. Carbapenem sendiri merupakan bagian dari antibiotik beta laktam yang cukup ampuh melawan bakteri-bakteri yang resisten terhadap antibiotik, terutama bakteri gram negatif. Seperti golongan beta laktam lainnya, obat ini juga dapat dipergunakan secara luas untuk menangani infeksi bakteri.

Golongan Obat keras

Kategori Antibiotik Beta Laktam, Kelas Carbapenem

Manfaat : Menangani infeksi bakteri gram negatif/positif, bakteri aerob/anaerob, dan bakteri resisten beta laktam

Bentuk :  Serbuk injeksi

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan Anak

Imipenem bisa diberikan pada kondisi infeksi bakteri, seperti peradangan paru akibat infeksi di lingkungan rumah sakit (nosokomial pneumonia), infeksi pada organ di rongga perut/abdomen, infeksi tulang dan sendi, infeksi area kulit dan kelamin, dan juga infeksi saluran kemih (ISK). Selain itu, Imipenem juga dapat diberikan sebagai obat pencegahan infeksi bakteri sebelum tindakan operasi.

 

Peringatan

Katakan pada dokter apabila anda pernah mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik golongan beta laktam lainnya (penisilin, sefalosporin, dan sebagainya) karena konsumsi imipenem bisa memicu munculnya alergi tersebut. Konsultasikan pula apabila anda memiliki gangguan fungsi ginjal, gangguan pada sistem saraf pusat (epilepsi, riwayat kejang, kerusakan otak dan sebagainya), atau dalam kondisi hamil dan menyusui.

Obat ini juga tidak direkomendasikan untuk digunakan pada anak dengan gangguan ginjal (berat badan kurang dari 30 kg) dan juga anak yang mengalami infeksi sistem saraf pusat, seperti meningitis.

 

Dosis dan Aturan Pakai

Imipenem digunakan dalam bentuk injeksi intravena, intramuskuler dan infus intravena. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan kondisi dari pasien dan bakteri penyebab infeksi. Berikut ini beberapa dosis yang biasa digunakan pada pasien:

  • Injeksi intramuskular

    • Untuk infeksi ringan sampai sedang, gunakan dosis 500 – 750 mg Imipenem setiap 12 jam

    • Untuk peradangan uretra (ureteritis) dan radang serviks (servisitis gonokokus), berikan dosis Imipenem 500 mg dalam sekali minum/dosis tunggal

  • Injeksi intravena

    • Infeksi pada pasien dewasa: 1 – 2 gram per hari, 3 – 4 kali pemberian. Jika kuman kurang sensitif, berikan 50 mg/kgBB dengan dosis maksimal 4 gr/hari.

    • Infeksi pada pasien anak: berikan 60 mg/kgBB hingga maksimal 2 gr/hari dalam sebanyak 3 – 4 kali sehari

  • Infus intravena

    • Untuk pencegahan infeksi (profilaksis) sebelum operasi, gunakan 1 gr obat saat induksi anestesi dan diulang 3 jam kemudian. Jika operasi memiliki resiko tinggi, maka dilanjutkan dengan pemberian 500 mg imipenem

    • Pasien dewasa: 500 mg setiap 6 jam atau 1000 mg setiap 8 jam dengan dosis tunggal. Jika diberikan pada dosis 500 mg, maka lakukan infus selama 20 – 30 menit. Jika dosis >500 mg, maka lakukan infus selama 40 – 60 menit

Cara Penggunaan

Obat imipenem biasanya tersedia dengan kondisi sudah terkombinasi dengan cilastatin. Obat ini bisa diberikan sebagai injeksi intravena, intramuskular, ataupun infus intravena. Pemilihan cara pemberian obat disesuaikan dengan kondisi yang Anda alami, karena itulah lakukan konsultasi ke dokter sebelum memakai Imipenem.

 

Cara Penyimpanan

Simpan botol vial pada suhu di bawah 250C. Apabila obat sudah dibuat menjadi larutan, maka imipenem bisa disimpan di suhu ruang selama 4 jam atau suhu 5 0C selama 24 jam. Jangan bekukan obat ini.

 

Kontraindikasi

Jangan gunakan obat ini apabila anda memiliki riwayat alergi terhadap imipenem dan cilastatin. Konsultasikan pada dokter apabila anda pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap antibiotik beta laktam lainnya (penisilin, sefalosporin, dan sebagainya). 

 

Efek Samping

Pemberian imipenem dan antibiotik beta laktam lainnya jarang memberikan efek samping berat pada pasien. Efek samping yang bisa ditunjukan setelah penggunaan imipenem berupa mual, muntah, diare, gangguan pengecapan, gangguan darah (menurunnya jumlah eosinofil dan neutrofil), dan reaksi alergi (ruam, anafilaksis/alergi berat, dan biduran/urtikaria). Perlu juga diketahui bahwa imipenem dapat memberikan efek samping pada sistem saraf pusat, seperti kebingungan, gangguan fungsi mental, dan kejang.

 

Hati-hati dalam menggunakan Imipenem pada pasien yang memiliki gangguan hati atau ginjal. Obat ini bisa mengakibatkan adanya peningkatan enzim hati dan bilirubin, peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan warna urin kemerahan.

 

Cukup sekian informasi mengenai obat yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

 

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

 

Tag :
Referensi

  1. BPOM RI. Imipinem [Internet]. Unknown: BPOM RI. Available from: http://pionas.pom.go.id/monografi/imipenem

  2. Pandey N, Cascella M. Beta Lactam Antibiotics. [Updated 2021 Jan 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545311/

  3. Unknown. Imipenem + cilastatin [Internet]. Unknown: Monthly Index of Medical Specialities. Available from: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/imipenem%20+%20cilastatin?mtype=generic

Bagikan artikel ini