Nama dagang: Mifeprex
Mifepristone merupakan salah satu jenis steroid sintetik (obat anti-peradangan) yang sering dikenal dengan nama ‘RU486’. Obat ini kerap digunakan untuk menginduksi atau memicu aborsi, sehingga penggunaan dan penjualannya harus di bawah pengawasan ketat. Selain itu, pemberian mifepristone dosis tinggi juga bisa digunakan untuk menangani tingginya kadar gula darah akibat Cushing’s syndrome (kumpulan gejala akibat kadar hormon kortisol tubuh meningkat). Biasanya, mifepristone tersedia dalam bentuk kombinasi dengan obat lainnya, yaitu misoprostol.
Golongan : Antiprogestational steroid
Kategori : Obat keras
Manfaat : Terminasi kehamilan
Bentuk : Tablet
Dikonsumsi oleh : Dewasa
Tidak hanya untuk kondisi-kondisi di atas, mifepristone juga dapat diberikan sebagai obat kontrasepsi darurat dan terapi tambahan dalam menangani Mioma uteri (tumor jinak pada rahim). Namun, perlu diketahui bahwa obat ini termasuk obat keras sehingga konsumsi mifepristone harus dilakukan di bawah persetujuan dokter.
Obat ini hanya bisa digunakan apabila usia kehamilan kurang dari 63 hari (±9 minggu). Perdarahan melalui vagina mungkin terjadi jika Anda mengonsumsi obat ini yang juga menjadi tanda suksesnya proses aborsi. Segera hubungi dokter jika belum ada tanda-tanda perdarahan vagina dalam waktu ±4 jam setelah konsumsi obat. Hal ini bisa menjadi pertanda gagalnya proses aborsi dan Anda mungkin saja harus melakukan tindakan operasi.
Dosis yang diberikan kepada setiap pasien bisa saja berbeda. Hubungi dokter untuk mengetahui dosis yang lebih tepat dengan kondisi Anda. Berikut ini contoh dosis yang biasa dipakai pada saat pengobatan.
Untuk terminasi kehamilan (aborsi)
Mifepristone akan dikombinasi dengan misoprostol.
Pada dewasa, berikan 200 mg mifepristone sekali sehari (dosis tunggal) pada hari pertama. Dua hari selanjutnya, berikan 800 mcg (4 tablet 200 mcg) misoprostol sekali sehari. Penggunaan pada pasien anak tidak direkomendasikan.
Untuk hiperglikemi pada pasien Cushing’s Syndrome
Pada dewasa, umumnya berikan 300 mg obat sekali sehari. Lakukanlah konsultasi untuk memastikan jumlah dosis yang diambil, karena bisa saja dokter menaikan dosis dalam beberapa kondisi.
Dosis untuk pasien anak harus diberikan dengan pertimbangan ketat dokter.
Konsumsi obat biasanya dilakukan di depan dokter, karena itu diperlukan tiga kali konsultasi untuk terapi dengan mifepristone dan misoprostol. Ikuti petunjuk dokter selama mengonsumsi obat ini.
Simpan obat dalam suhu ruang, hindari dari paparan matahari langsung, lingkungan lembap, panas menyengat, dan jangan bekukan obat. Jauhkan obat dari anak-anak dan hewan peliharaan untuk mencegah risiko tertelan dan keracunan.
Mifepristone tidak boleh digunakan jika sudah lewat 70 hari semenjak periode terakhir menstruasi seorang wanita. Selain itu, mifepristone juga tidak dapat digunakan pada wanita yang mengalami kondisi berikut.
Mengalami kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Penggunaan mifepristone pada kondisi ini dapat mengakibatkan rupturnya kehamilan ektopik dan menyebabkan perdarahan hebat
Memiliki masalah pada kelenjar adrenal
Sedang melakukan terapi kortikosteroid jangka panjang
Mengalami reaksi alergi terhadap mifepristone, terhadap komponen lain penyusun obat tersebut, ataupun terhadap terapi hormon prostaglandin lainnya. Contoh reaksi alergi yang terjadi bisa berupa gejala anafilaksis (reaksi alergi hebat), gatal, kemerahan pada kulit, biduran (urtikaria), dan lain sebagainya.
Mengalami gangguan pembekuan darah
Sedang mengonsumsi obat pengencer darah
Mengalami porfiria (penyakit keturunan yang terjadi akibat adanya produksi porfirin di dalam tubuh)
Sedang memakai alat kontrasepsi dalam rahim, seperti IUD (spiral) sehingga harus di keluarkan terlebih dahulu sebelum menggunakan mifepristone.
Wanita yang sedang menyusui
Pada pasien dengan Cushing’s syndrome, mifepristone tidak boleh digunakan apabila pasien juga mengonsumsi obat simvastatin, lovastatin, dan golongan obat-obatan yang dimetabolisme oleh enzim CYP3A (siklosporin, fentanyl, dan lain-lain). Pasien dengan riwayat perdarahan vagina abnormal, kanker endometrium, dan hiperplasia endometrium juga tidak diperbolehkan mengonsumsi obat ini.
Pada dasarnya, mifepristone merupakan obat keras. Karena itu, konsultasikanlah kondisi Anda pada dokter sebelum mengonsumsi obat ini.
Efek samping penggunaan mifepristone sangat beragam, mulai dari yang ringan sampai berat.
Efek samping ringan yang bisa dirasakan pengguna mifepristone, antara lain mual, muntah, nyeri perut, diare, refluks gastro-esofageal (GERD) atau naiknya asam lambung, pusing dan sakit kepala, gatal-gatal, dan periode menstruasi yang tidak teratur.
Efek samping sedang yang bisa dirasakan dapat berupa penurunan kadar kalium tubuh (hipokalemi), bengkak pada kaki, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, sesak napas, sulit BAB (konstipasi), perdarahan vagina, kontraksi pada rahim, sensasi panas pada tubuh (hot flashes), jantung berdebar, dan anemia.
Pada orang tertentu, penggunaan mifepristone dapat menyebabkan efek samping yang cukup berat. Contoh efek samping yang bisa terjadi adalah kematian pada janin, reaksi anafilaksis, kelainan bawaan pada janin, dan adanya reaksi melepuh pada kulit.
Cukup sekian informasi mengenai obat yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.