Nama Dagang: Diuvar, Farsix, Furosemid, Gralixa, Uresix
Furosemide adalah obat obat diuretik yang digunakan untuk meningkatkan jumlah urin.
Golongan | Diuretik (Kelas Terapi) |
Kategori | Resep |
Manfaat | Mengatasi penumpukan cairan yang ada di dalam tubuh |
Bentuk | Injeksi, sirup, tablet |
Dikonsumsi oleh | Anak-anak, dewasa, lansia |
Furosemide bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kembali elektrolit yakni natrium ke dalam darah pada saluran ginjal sehingga urin yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Furosemide tersedia dalam bentuk tablet maupun suntik. Penggunaannya disesuaikan dengan kondisi medis atau tujuan penggunaan furosemide.
Furosemide secara umum digunakan pada kasus-kasus berupa bengkak pada tubuh atau yang biasa dikenal dengan istilah edema. Furosemide juga digunakan pada hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan membantu mengurangi volume darah dalam pembuluh darah sehingga tekanan darah akan berkurang. Pada kasus hipertensi, furosemide akan digunakan bersamaan dengan obat-obatan antihipertensi lainnya. Furosemide juga sering digunakan pada kasus gagal jantung untuk mengurangi risiko terjadinya gagal jantung berulang dan melindungi fungsi jantung.
Furosemide memiliki sediaan tablet maupun suntik. Dosis yang digunakan bervariasi, sesuai dengan kondisi medis yang menjadi tujuan atau indikasi penggunaan furosemide. Namun, secara umum furosemide dapat digunakan dengan dosis awal 20-80 mg pada penggunaan tablet atau 10-20 mg untuk disuntikkan ke pembuluh darah yang dilanjutkan dengan dosis 0,1 mg/kg berat badan secara kontinu.
Dosis dapat ditambahkan apabila kerja obat dirasa belum maksimal. Namun, perlu diingat bahwa dosis disesuaikan dengan instruksi dokter, yang tentu disesuaikan dengan kondisi medis pasien. Penggunaan furosemid di rumah umumnya berupa tablet 40 mg, dapat digunakan 1-2 kali sehari dan dapat diminum baik sebelum maupun sesudah makan. Furosemide suntik harus diberikan dengan bantuan tenaga medis atau dokter.
Terdapat beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan furosemid, yaitu pusing, vertigo, mual dan muntah, diare, penglihatan buram, hingga sembelit.
Selain itu, dapat muncul pula efek samping berat yang perlu diperiksakan ke dokter, seperti kram perut, rasa lelah, mulut terasa kering, gangguan irama jantung, kulit menguning, mudah mengantuk bahkan hingga pingsan.
Gejala berat tersebut dapat muncul karena adanya ketidakseimbangan elektrolit. Overdosis penggunaan furosemide juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat mengakibatkan ketulian.
Efek samping mutlak yang harus diwaspadai juga adalah reaksi alergi atau hipersensitivitas. Reaksi alergi yang terjadi dapat berupa ruam-ruam pada kulit, rasa gatal, bahkan bengkak atau sakit. Riwayat alergi harus dijelaskan secara detail kepada dokter sebelum menggunakan furosemide.
Furosemide tidak boleh digunakan pada keadaan gagal ginjal, penyakit Addison, dan dehidrasi. Berbagai kondisi tersebut menyebabkan urin tidak dapat keluar dengan baik sehingga butuh penanganan terlebih dahulu.
Konsultasikan juga kepada dokter apabila Anda memiliki riwayat pembesaran prostat. Selain itu, orang-orang dengan riwayat alergi terhadap obat-obatan, khususnya furosemide dan golongan sulfonamide juga tidak diperbolehkan menggunakan obat ini.
Furosemide diketahui memiliki reaksi atau interaksi dengan obat-obatan lainnya seperti antibiotik golongan aminoglikosida, digoksin, carbamazepine, dan obat-obatan lainnya. Maka dari itu, konsultasikan kepada dokter terkait obat-obatan yang sedang Anda gunakan sebelum menggunakan furosemide untuk mengantisipasi efek samping yang mungkin terjadi.
Cukup sekian informasi yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.
Baca Juga: Mengenal Pembekakan Kelenjar Getah Bening