Menunggu jadwal operasi rumah sakit

Ditinjau oleh dr. Alvin Saputra • 30 May 2025

Bagikan

Menunggu jadwal operasi rumah sakit

Melihat Jadwal Tunggu Operasi BPJS

BPJS Kesehatan adalah pilar utama jaminan kesehatan nasional di Indonesia, memastikan akses layanan kesehatan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Program ini adalah fondasi yang menjamin setiap warga negara memiliki hak dasar atas pelayanan kesehatan yang layak, mulai dari pencegahan hingga penanganan penyakit kompleks.

Namun, bagi banyak pasien, menanti jadwal operasi BPJS seringkali terasa seperti "ujian kesabaran" yang panjang dan penuh ketidakpastian. Penantian ini memicu gelombang kecemasan dan kekhawatiran mendalam, bukan hanya karena ketidaknyamanan fisik tetapi juga potensi perburukan kondisi kesehatan pasien yang sudah rentan. Setiap pasien tentu berharap mendapatkan pelayanan yang efisien, dimana antrean dan waktu pemeriksaan tidak berlarut-larut, demi kenyamanan dan pemulihan yang lebih cepat.

Artikel ini hadir sebagai panduan komprehensif, membimbing Anda melalui seluk-beluk cara melihat jadwal tunggu operasi BPJS. Kami akan mengupas tuntas faktor-faktor yang mempengaruhi durasi waktu tunggu, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang tantangan yang ada. Tak hanya itu, kami juga akan menyajikan berbagai solusi dan inovasi terkini yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pelayanan BPJS Kesehatan di masa depan.

 


 

Memahami Alur Pelayanan BPJS Kesehatan Menuju Operasi

Perjalanan pelayanan kesehatan dengan BPJS Kesehatan selalu dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), seperti puskesmas atau klinik yang terdaftar. Ini adalah gerbang awal bagi peserta untuk mendapatkan penanganan medis. Dokter umum akan melakukan pemeriksaan dan menentukan langkah selanjutnya. Apabila kondisi medis memerlukan penanganan lebih lanjut atau tindakan operasi, pasien akan diberikan surat rujukan resmi menuju rumah sakit yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Sistem rujukan berjenjang ini dirancang untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan di tingkat yang sesuai, mencegah penumpukan kasus yang seharusnya dapat ditangani di tingkat dasar.

Surat rujukan ini umumnya berlaku selama 90 hari untuk diagnosis atau penyakit yang sama, sehingga pasien tidak perlu meminta rujukan berulang dalam periode tersebut. Namun, sistem rujukan berjenjang ini, meskipun bertujuan mengelola alur pasien dan mengoptimalkan alokasi sumber daya, dapat secara tidak langsung menambah lapisan administratif dan logistik dalam perjalanan pasien. Waktu tunggu untuk mendapatkan janji temu di FKTP, proses rujukan ke spesialis, dan potensi pemeriksaan diagnostik tambahan, secara kolektif dapat memperpanjang durasi keseluruhan sebelum pasien bahkan ditempatkan dalam daftar tunggu operasi.

Untuk mendapatkan pelayanan, peserta wajib membawa Kartu BPJS Kesehatan yang aktif atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli, terutama bagi peserta JKN-KIS yang Nomor Induk Kependudukannya (NIK) sudah terintegrasi. Kartu Keluarga (KK) juga seringkali diperlukan, khususnya untuk pendaftaran atau verifikasi pasien anak-anak. Surat rujukan yang telah dikeluarkan oleh FKTP adalah dokumen esensial yang menunjukkan indikasi medis untuk pelayanan lanjutan di rumah sakit. Disarankan untuk selalu menyiapkan fotokopi dokumen-dokumen tersebut guna memperlancar proses administrasi.

Kunci utama untuk dapat memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan adalah memastikan status kepesertaan selalu aktif, yang berarti iuran harus dibayarkan secara rutin dan tepat waktu. Jika terdapat tunggakan iuran, kartu BPJS Kesehatan peserta dapat terblokir atau tidak aktif. Peserta dapat dengan mudah memeriksa status kepesertaan mereka melalui aplikasi Mobile JKN atau situs web resmi BPJS Kesehatan. Pengecualian penting berlaku untuk kasus gawat darurat; dalam situasi ini, pasien dapat langsung menuju Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit terdekat tanpa perlu melalui proses rujukan berjenjang.

 


 

Kategori Prioritas dan Estimasi Waktu Tunggu Operasi BPJS

Dalam sistem pelayanan BPJS Kesehatan, pasien yang memerlukan operasi elektif diklasifikasikan ke dalam tiga kategori klinis berdasarkan tingkat urgensi kondisi medis mereka. Klasifikasi ini bertujuan memastikan pasien dengan kebutuhan paling mendesak mendapatkan prioritas penanganan.

Berikut adalah penjelasan detail mengenai kategori tersebut:

  • Kategori 1 – Mendesak: Mencakup kondisi yang memerlukan tindakan operasi dalam waktu sangat singkat, biasanya untuk mencegah perburukan kondisi kesehatan signifikan, kehilangan fungsi organ, atau risiko mengancam jiwa. Pasien diharapkan menjalani operasi dalam waktu 30 hari atau kurang.

  • Kategori 2 – Cukup Mendesak: Diberikan kepada pasien dengan kondisi yang memang memerlukan tindakan operasi, namun penundaannya dalam jangka waktu tertentu tidak akan secara langsung menyebabkan risiko kesehatan yang parah atau mengancam jiwa dalam waktu dekat. Waktu tunggu yang kemungkinan adalah 90 hari atau kurang.

  • Kategori 3 – Tidak Mendesak: Meliputi kondisi yang membutuhkan operasi, tetapi penundaannya dalam jangka waktu yang lebih panjang (misalnya, beberapa bulan) diperkirakan tidak akan memengaruhi hasil klinis secara signifikan atau menimbulkan risiko kesehatan yang mendesak. Pasien mungkin harus menunggu hingga 12 bulan atau kurang.

Penting untuk diingat bahwa estimasi ini dapat bergeser. Rumah sakit umum harus tetap memberikan prioritas utama kepada pasien gawat darurat yang memerlukan tempat tidur atau penanganan segera, yang pada akhirnya dapat memengaruhi jadwal operasi elektif. Kebutuhan menyeimbangkan penanganan terencana dengan respons terhadap kondisi gawat darurat merupakan tantangan operasional yang mendasar dalam penyediaan layanan kesehatan.

Rumah sakit memiliki komitmen untuk memastikan pasien mendapatkan penanganan dari ahli medis yang berkualifikasi. Pasien seharusnya diberitahu mengenai giliran mereka dalam waktu 10 hari setelah nama mereka masuk dalam daftar tunggu operasi. Rumah sakit juga berkomitmen untuk menghubungi pasien jika operasi belum terlaksana dalam waktu tunggu yang diharapkan. Untuk operasi yang tidak mendesak, rumah sakit dapat meneruskan pasien ke spesialis yang memiliki waktu tunggu terpendek di rumah sakit yang sama atau rumah sakit umum lainnya. Rumah sakit berjanji untuk tidak membatalkan waktu masuk pasien lebih dari dua kali tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

 


 

Mengoptimalkan Informasi dengan Aplikasi Mobile JKN

Aplikasi Mobile JKN telah menjadi terobosan praktis yang merevolusi cara peserta BPJS Kesehatan mengakses layanan dan informasi. Platform digital ini secara signifikan mengurangi waktu dan tenaga yang sebelumnya terbuang untuk proses pendaftaran atau pencarian informasi secara fisik, meningkatkan efisiensi dan kenyamanan peserta.

Mobile JKN menyediakan fitur khusus untuk melihat jadwal tindakan operasi, baik untuk diri sendiri maupun jadwal umum rumah sakit. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk memanfaatkan fitur ini:

Melihat jadwal operasi pribadi Anda:

  1. Buka aplikasi Mobile JKN di perangkat seluler Anda dan pastikan Anda telah login menggunakan akun yang terdaftar.

  2. Pada halaman utama, cari dan klik "Menu Lainnya".

  3. Selanjutnya, pilih opsi "Info Jadwal Tindakan Operasi".

  4. Jika Anda memiliki jadwal operasi yang sudah ditetapkan, informasi detailnya akan langsung ditampilkan di layar Anda.

Melihat jadwal operasi rumah sakit:

  1. Setelah masuk ke bagian "Info Jadwal Tindakan Operasi", Anda akan menemukan "Tab Jadwal Operasi Rumah Sakit". Pilih tab ini.

  2. Gunakan fitur pencarian untuk menemukan rumah sakit spesifik yang ingin Anda ketahui jadwal operasinya.

  3. Apabila rumah sakit tersebut memiliki jadwal operasi yang tersedia dan terintegrasi, informasi akan muncul. Namun, jika data tidak ditemukan, akan ada pemberitahuan "Data Jadwal Operasi yang Anda cari tidak ditemukan".

Mobile JKN bukan hanya sekadar alat untuk melihat jadwal operasi, melainkan telah berkembang menjadi pusat digital strategis yang memberdayakan pasien. Berbagai fitur yang tersedia, mulai dari antrean online hingga informasi ketersediaan tempat tidur, menunjukkan upaya BPJS untuk memusatkan informasi dan layanan dalam satu platform digital yang komprehensif. Kebijakan yang mewajibkan fasilitas kesehatan untuk memiliki dasbor yang terintegrasi dengan Mobile JKN semakin memperkuat dorongan ini.

Fitur-fitur Mobile JKN lainnya yang mendukung efisiensi meliputi:

  • Pendaftaran Pelayanan (Antrean Online): Memungkinkan peserta untuk mengambil nomor antrean di FKTP atau Faskes Rujukan Tingkat Lanjut (rumah sakit) secara online, mengurangi antrean fisik yang panjang.

  • Konsultasi Dokter Online: Memberikan kemudahan chat langsung dengan dokter yang berstatus online untuk konsultasi kesehatan awal.

  • Info Ketersediaan Tempat Tidur: Mempermudah pencarian informasi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit, sangat membantu dalam situasi darurat atau rujukan.

  • Info Riwayat Pelayanan: Peserta dapat dengan mudah melihat riwayat kunjungan dan pelayanan kesehatan yang telah mereka terima.

  • Skrining Riwayat Kesehatan: Memungkinkan peserta untuk melakukan skrining kesehatan secara mandiri.

Dengan fitur-fitur yang komprehensif ini, Mobile JKN menjadi alat yang sangat diperlukan untuk menavigasi sistem BPJS, secara kolektif berkontribusi pada pengurangan kecemasan pasien, penyederhanaan proses, dan pada akhirnya, peningkatan pengalaman pasien secara keseluruhan.

 


 

Mengurai Akar Permasalahan: Faktor-faktor Penyebab Lama Waktu Tunggu Operasi

Waktu tunggu operasi yang panjang merupakan isu kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi fasilitas kesehatan maupun pasien. Memahami akar permasalahan ini krusial untuk menemukan solusi yang efektif.

Faktor dari sisi fasilitas kesehatan:

  • Ketersediaan Sarana dan Prasarana: Keterbatasan jumlah kamar operasi yang memadai, peralatan medis yang tidak lengkap atau mengalami kerusakan, serta ketersediaan tempat tidur pasca-operasi (bed block) dapat secara signifikan memperpanjang waktu tunggu.

  • Sumber Daya Manusia (SDM): Keterbatasan jumlah dokter spesialis, perawat, atau tenaga medis ahli lainnya menjadi kendala serius. Jadwal praktik dokter yang juga berada di luar rumah sakit serta manajemen waktu staf kamar operasi yang kurang efisien turut menjadi faktor penundaan.

  • Sistem Penjadwalan Ruang Operasi: Sistem penjadwalan yang belum optimal, kurangnya standar operasional prosedur (SPO) yang jelas terkait waktu tunggu, atau bahkan kesalahan manusia (human error) dapat menyebabkan kekacauan dan penundaan yang tidak perlu.

  • Proses Administrasi Pendaftaran: Antrean panjang seringkali bermula dari kurangnya petugas di loket pendaftaran, lambatnya distribusi berkas rekam medis pasien ke poliklinik, serta proses verifikasi data yang memakan waktu.

  • Dampak Eksternal (misalnya Pandemi): Krisis kesehatan global seperti pandemi COVID-19 secara drastis memengaruhi jadwal operasi elektif karena prioritas penanganan kasus darurat.

  • Penundaan Tes Penunjang: Keterlambatan dalam mendapatkan hasil investigasi laboratorium atau pemeriksaan pra-anestesi (PAC) yang diperlukan sebelum operasi dapat langsung menunda jadwal tindakan.

Faktor dari sisi pasien:

  • Persetujuan Operasi: Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan (informed consent) dari pasien dan keluarga terhadap tindakan operasi.

  • Kelengkapan Berkas: Seringkali, pasien lupa atau kurang membawa berkas-berkas yang diperlukan, memperpanjang proses administrasi.

  • Perubahan Kondisi Pasien: Kondisi fisik pasien yang memburuk menjelang operasi, seperti peningkatan skala American Society of Anesthesiologists (ASA), dapat menyebabkan penundaan jadwal demi keselamatan pasien.

  • Pembatalan oleh Pasien: Pasien sendiri dapat membatalkan jadwal operasi karena alasan pribadi, perubahan kesediaan, atau kondisi yang tidak memungkinkan.

  • Aspek Sosioekonomi: Faktor-faktor sosioekonomi pasien, termasuk tingkat pendidikan, juga dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk memahami dan mengikuti prosedur, serta akses terhadap layanan kesehatan.

Penundaan waktu tunggu operasi merupakan masalah sistemik yang disebabkan oleh jalinan faktor yang saling terkait. Keterbatasan sumber daya, ketidakefisienan operasional, serta variabel dari sisi pasien semuanya berkontribusi. Bahkan, dampak dari guncangan eksternal seperti pandemi semakin memperumit masalah ini. Ini menunjukkan bahwa masalahnya bersifat sistemik, di mana hambatan di satu area dapat memengaruhi seluruh perjalanan pasien, sehingga solusi tidak dapat bersifat parsial.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 30 Tahun 2022, standar waktu tunggu pelayanan rawat jalan di Indonesia ditetapkan idealnya adalah ≤ 60 menit. Namun, studi lapangan dan pengalaman anekdotal pasien seringkali menunjukkan waktu tunggu yang jauh melebihi standar tersebut, menyoroti kesenjangan kritis antara kebijakan dan praktik di lapangan.

 


 

Hak dan Kewajiban Pasien Selama Masa Tunggu Operasi

Selama masa menunggu, pasien memiliki kewajiban untuk secara disiplin mengikuti semua prosedur dan nasihat medis yang diberikan oleh rumah sakit, termasuk menjaga kondisi kesehatan agar tetap prima untuk menghadapi operasi. Ini adalah bagian penting dari tanggung jawab bersama dalam memastikan kelancaran proses. Pasien juga wajib hadir di rumah sakit pada hari masuk yang telah ditentukan dan menepati setiap perjanjian dengan klinik sebelum dan sesudah tanggal operasi.

Penting bagi pasien untuk memberitahukan rumah sakit mengenai setiap perubahan alamat kontak atau perubahan kesediaan untuk dioperasi, agar komunikasi tidak terputus. Jika pasien terdaftar dalam jadwal tunggu operasi di rumah sakit lain, informasi ini juga harus disampaikan kepada rumah sakit yang bersangkutan. Kegagalan dalam menepati perjanjian yang telah dijadwalkan tanpa pemberitahuan atau alasan yang tepat dapat berakibat pada penghapusan nama pasien dari daftar tunggu, dan operasi mungkin tidak akan dilakukan.

Di sisi lain, rumah sakit dan BPJS Kesehatan juga memiliki komitmen dalam pelayanan. Rumah sakit berkomitmen untuk memastikan bahwa pasien akan ditangani oleh ahli medis yang berkualifikasi. Pasien berhak mendapatkan informasi mengenai giliran mereka dalam waktu 10 hari setelah nama mereka masuk dalam daftar tunggu operasi. Rumah sakit juga bertanggung jawab untuk menghubungi pasien jika operasi belum terlaksana dalam waktu tunggu yang telah diharapkan. Untuk kasus operasi yang tidak terlalu mendesak, rumah sakit dapat berinisiatif meneruskan pasien ke spesialis yang memiliki waktu tunggu terpendek. Rumah sakit berjanji untuk tidak membatalkan waktu masuk pasien lebih dari dua kali tanpa alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam era digital, pasien kini dapat membatalkan pendaftaran online melalui aplikasi Mobile JKN. Caranya adalah dengan masuk ke menu "Pendaftaran Pelayanan", menemukan pendaftaran yang ingin dibatalkan, dan memilih opsi "Batalkan". Sangat penting bagi pasien untuk segera memberitahukan rumah sakit jika ada perubahan signifikan pada kondisi pribadi atau kesehatan yang mungkin memerlukan pembatalan atau penundaan operasi yang telah dijadwalkan.

Peran Dokter Umum (GP) juga sangat penting. Dokter umum adalah mitra penting dalam menjaga kesehatan pasien selama masa menunggu giliran operasi. Mereka juga berperan aktif dalam membantu menghubungi rumah sakit jika terjadi perubahan kondisi kesehatan pasien saat menunggu jadwal operasi. Hubungan timbal balik antara pasien dan penyedia layanan ini sangat penting untuk menciptakan proses yang lebih lancar dan mengurangi frustrasi.

 


 

Inovasi dan Harapan: Menuju Pelayanan BPJS yang Lebih Efisien

Integrasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dengan fitur antrean online dan bridging BPJS Kesehatan merupakan langkah revolusioner yang krusial untuk secara signifikan mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan efisiensi pelayanan secara menyeluruh. Sistem terpadu ini memungkinkan pasien untuk memilih waktu kunjungan yang paling sesuai, mengakses jadwal yang tersedia secara real-time, dan membuat janji temu dengan mudah, menghemat waktu dan tenaga.

Melalui integrasi ini, data peserta BPJS Kesehatan dapat diakses dengan cepat oleh rumah sakit melalui SIMRS, mempercepat proses verifikasi keanggotaan dan manfaat. Lebih jauh, dokter dan tim medis dapat dengan mudah mengakses catatan pasien, diagnosis sebelumnya, dan hasil pemeriksaan penunjang, yang tidak hanya meningkatkan presisi diagnosis dan perawatan tetapi juga secara drastis mengurangi risiko kesalahan manusiawi. BPJS Kesehatan telah mengambil langkah proaktif dengan mewajibkan setiap fasilitas kesehatan mitra untuk memiliki dashboard jadwal operasi yang terintegrasi dengan aplikasi Mobile JKN, memastikan konsistensi data dan aksesibilitas informasi.

Konvergensi integrasi SIMRS, antrean online, dan bridging BPJS Kesehatan menandakan pergeseran signifikan dari alat digital yang terisolasi menuju ekosistem digital yang komprehensif dan saling terhubung. Ini lebih dari sekadar aplikasi individual; ini tentang menciptakan aliran informasi dan proses yang mulus di seluruh kontinum layanan kesehatan. Pendekatan holistik ini secara langsung mengatasi berbagai hambatan yang teridentifikasi, seperti penundaan administrasi, komunikasi yang buruk, entri data manual, dan penjadwalan yang tidak efisien, dengan mengotomatisasi dan mengintegrasikan fungsi-fungsi ini.

AIDO HOSPITA adalah salah satu contoh terkemuka dari solusi SIMRS dan Rekam Medis Elektronik (RME) yang terintegrasi penuh dengan platform SATUSEHAT Kemenkes dan BPJS Kesehatan, didukung oleh sertifikasi keamanan ISO 27001. Keberadaan solusi semacam ini menunjukkan bahwa teknologi adalah kunci utama untuk mengatasi tantangan sistemik dalam pelayanan kesehatan.

Sistem terintegrasi memungkinkan pengiriman pemberitahuan otomatis kepada pasien melalui pesan teks atau email mengenai waktu dan tanggal kunjungan mereka. Ini sangat membantu pasien untuk mengingat jadwal dan mengatur ulang jika diperlukan, mengurangi kemungkinan terlewatnya janji temu. Secara keseluruhan, pengalaman pasien menjadi lebih lancar dan efisien, mulai dari proses pendaftaran hingga pembayaran, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan dan kepercayaan mereka terhadap sistem kesehatan. Fitur antrean online di Mobile JKN juga terhubung otomatis dengan aplikasi P-Care di FKTP, memungkinkan petugas kesehatan mendapatkan informasi awal mengenai keluhan pasien bahkan sebelum mereka tiba, mempersiapkan penanganan yang lebih cepat.

Pemerintah terus-menerus melakukan evaluasi dan penyesuaian terhadap sistem BPJS Kesehatan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan. Salah satu perubahan kebijakan penting yang direncanakan adalah penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang akan menggantikan sistem kelas 1, 2, dan 3. Ini bertujuan untuk memberikan standar layanan yang lebih merata tanpa perbedaan fasilitas berdasarkan kelas kepesertaan. Digitalisasi dan integrasi data menjadi fokus utama, termasuk perluasan kerja sama dengan lebih banyak rumah sakit swasta untuk meningkatkan kapasitas dan akses layanan bagi peserta. Pemerintah juga berkomitmen untuk memperketat standar pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS, guna memastikan kualitas layanan yang diberikan tetap tinggi.

Perkenalan KRIS untuk menstandardisasi layanan rawat inap, ditambah dengan perluasan kemitraan strategis dengan lebih banyak rumah sakit swasta, menunjukkan pendekatan ganda yang canggih dari BPJS Kesehatan. KRIS bertujuan untuk memastikan akses yang adil dan kualitas perawatan yang terstandardisasi, sementara kolaborasi dengan rumah sakit swasta dirancang untuk meningkatkan kapasitas sistem secara keseluruhan, secara langsung mengatasi masalah seperti "bed block" dan volume pasien yang tinggi. Layanan digital seperti Mobile JKN dan Care Center 165 telah tersedia 24/7 untuk layanan informasi dan pengaduan.

 


 

Kesimpulan

Melihat jadwal tunggu operasi BPJS Kesehatan memang dapat menjadi sebuah tantangan yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia di fasilitas kesehatan, hingga kelengkapan dokumen dan kondisi medis pasien itu sendiri. Meskipun standar waktu tunggu telah ditetapkan, realitas di lapangan seringkali menunjukkan adanya kesenjangan. Namun, dengan hadirnya inovasi seperti aplikasi Mobile JKN, proses ini menjadi jauh lebih transparan dan efisien. Fitur-fitur seperti antrean online, informasi jadwal operasi, dan konsultasi dokter daring telah memberdayakan pasien untuk lebih proaktif dalam mengelola perjalanan kesehatan mereka.

BPJS Kesehatan dan pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan sistematis melalui integrasi teknologi, standarisasi layanan (seperti KRIS), dan perluasan kemitraan dengan fasilitas kesehatan. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen untuk mengatasi masalah waktu tunggu dan meningkatkan kualitas pelayanan secara menyeluruh. Dengan pemahaman yang baik tentang alur pelayanan, pemanfaatan teknologi yang tersedia, serta kesadaran akan hak dan kewajiban, pasien dapat menavigasi sistem BPJS Kesehatan dengan lebih baik dan mengurangi kecemasan selama masa penantian.

Apabila Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut dalam mengoptimalkan sistem informasi manajemen rumah sakit atau klinik Anda, termasuk integrasi dengan BPJS Kesehatan dan Rekam Medis Elektronik, jangan ragu untuk menghubungi AIDO. AIDO hadir sebagai solusi terdepan untuk transformasi digital fasilitas kesehatan Anda.

Tag :
Bagikan artikel ini