Unit Transfusi Darah: Fungsi, Proses, dan Keamanan

Ditinjau oleh • 11 Aug 2025

Bagikan

unit transfusi darah

Darah, cairan merah yang mengalir dalam setiap pembuluh darah kita, seringkali disebut sebagai anugerah kehidupan. Ia membawa oksigen, nutrisi, dan kekebalan, menjaga setiap sel tubuh berfungsi optimal. Namun, dalam kondisi tertentu, seperti kecelakaan parah, operasi besar, atau penyakit kronis seperti anemia aplastik dan talasemia, pasokan darah alami tubuh bisa tidak mencukupi. Di sinilah peran transfusi darah menjadi krusial, sebuah tindakan medis yang secara harfiah dapat menyelamatkan nyawa.

Di balik setiap kantong darah yang diberikan kepada pasien, terdapat sebuah unit yang bekerja tanpa lelah, memastikan setiap tetes darah aman dan tepat sasaran: Unit Transfusi Darah (UTD). UTD bukanlah sekadar "bank darah" tempat penyimpanan; ia adalah pusat koordinasi yang kompleks, jembatan vital antara ketersediaan darah dan kebutuhan klinis pasien. Keberadaannya menjadi pilar utama dalam sistem pelayanan kesehatan modern, memastikan bahwa proses transfusi darah dilakukan dengan standar keamanan dan akurasi tertinggi. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk UTD, mulai dari definisi, fungsi krusial, proses operasional yang rumit, hingga tantangan dan praktik terbaik yang harus diterapkan demi keselamatan pasien.

Memahami Unit Transfusi Darah (UTD): Definisi, Fungsi, dan Struktur

Unit Transfusi Darah (UTD) adalah unit fungsional di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit atau klinik besar, yang bertanggung jawab penuh atas seluruh rangkaian proses transfusi darah. Perlu dipahami bahwa UTD berbeda dengan Unit Donor Darah (UDD) atau Palang Merah Indonesia (PMI). UDD/PMI adalah lembaga yang bertugas mengumpulkan darah dari donor, melakukan skrining, pengolahan, dan penyimpanan awal. Sementara itu, UTD di rumah sakit menerima komponen darah yang sudah diproses dari UDD/PMI, kemudian melakukan serangkaian pengujian lebih lanjut, penyimpanan, dan distribusi kepada pasien di dalam fasilitas kesehatan tersebut. UTD adalah garda terdepan yang memastikan darah yang diterima pasien benar-benar cocok dan aman.

Fungsi Utama UTD

Operasional UTD melibatkan serangkaian fungsi yang terintegrasi dan sangat penting:

  1. Penerimaan dan Verifikasi Komponen Darah

Ketika pasokan darah tiba dari UDD/PMI, tugas pertama UTD adalah melakukan verifikasi menyeluruh. Ini mencakup pemeriksaan fisik kantong darah (integritas, volume, ada tidaknya bekuan), verifikasi label (golongan darah, tanggal kadaluarsa, nomor kantong), dan pencocokan dengan dokumen pengiriman. Setiap detail harus sesuai untuk memastikan darah yang diterima berkualitas dan aman.

  1. Penyimpanan Komponen Darah

Penyimpanan darah adalah aspek krusial yang membutuhkan presisi tinggi. Setiap komponen darah memiliki persyaratan suhu penyimpanan yang berbeda dan sangat ketat untuk menjaga viabilitas dan fungsinya:

  • Sel Darah Merah (Packed Red Cells/PRC): Disimpan pada suhu 2-6°C.

  • Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma/FFP): Disimpan pada suhu -18°C atau lebih rendah.

  • Trombosit (Platelet Concentrate/PC): Disimpan pada suhu 20-24°C dengan agitasi konstan.

  • Kriopresipitat: Disimpan pada suhu -18°C atau lebih rendah. UTD harus dilengkapi dengan lemari pendingin khusus yang memiliki sistem pemantauan suhu otomatis dan alarm untuk mendeteksi fluktuasi suhu. Kegagalan dalam menjaga suhu dapat merusak komponen darah dan membuatnya tidak layak pakai.

  1. Pemeriksaan Pra-Transfusi (Pre-Transfusion Testing)

Ini adalah jantung dari keamanan transfusi darah. Sebelum darah diberikan kepada pasien, UTD melakukan serangkaian pengujian untuk memastikan kompatibilitas mutlak:

  • Penentuan Golongan Darah ABO dan Rh: Konfirmasi ulang golongan darah pasien dan komponen darah. Kesalahan di sini bisa berakibat fatal.

  • Uji Silang Serasi (Crossmatch): Ini adalah pengujian paling penting. Uji silang mayor melibatkan serum pasien dengan sel darah merah donor, sedangkan uji silang minor melibatkan serum donor dengan sel darah merah pasien. Tujuannya adalah mendeteksi reaksi aglutinasi (penggumpalan) yang menunjukkan ketidakcocokan.

  • Screening dan Identifikasi Antibodi Ireguler: Beberapa pasien mungkin memiliki antibodi terhadap antigen golongan darah selain ABO dan Rh akibat transfusi sebelumnya atau kehamilan. Screening ini mendeteksi keberadaan antibodi tersebut, dan jika positif, identifikasi lebih lanjut diperlukan untuk menemukan darah yang kompatibel. Akurasi dalam pemeriksaan pra-transfusi adalah kunci untuk mencegah reaksi hemolitik akut yang mengancam jiwa.

  1. Pengeluaran dan Distribusi Darah

Setelah semua pengujian selesai dan darah dinyatakan cocok, UTD bertanggung jawab untuk mengeluarkan komponen darah yang tepat kepada unit perawatan atau ruang operasi yang meminta. Proses ini melibatkan verifikasi ulang identitas pasien, jenis komponen darah, dan volume yang diminta. Darah harus dikeluarkan dengan cepat dan diangkut dalam kondisi suhu terkontrol untuk menjaga kualitasnya.

  1. Pemantauan dan Penanganan Reaksi Transfusi

Meskipun semua prosedur telah diikuti, reaksi transfusi masih bisa terjadi. UTD berperan dalam menerima laporan reaksi, melakukan investigasi (misalnya, menguji ulang sampel darah pasien dan donor), dan berkoordinasi dengan tim medis untuk penanganan pasien. Sistem pelaporan yang cepat dan akurat sangat penting untuk keselamatan pasien dan perbaikan proses.

  1. Pencatatan dan Dokumentasi

Setiap langkah dalam proses transfusi, mulai dari penerimaan darah, pengujian, hingga pemberian kepada pasien, harus didokumentasikan secara rinci. Ini mencakup nomor kantong darah, hasil pengujian, identitas pasien, waktu pemberian, dan setiap insiden yang terjadi. Dokumentasi yang lengkap sangat penting untuk pelacakan (traceability), audit, dan kepatuhan regulasi.

Struktur Organisasi UTD UTD yang efektif membutuhkan tim yang kompeten dan terstruktur. Biasanya dipimpin oleh seorang dokter spesialis patologi klinik atau dokter yang terlatih khusus dalam ilmu transfusi darah. Staf pendukung meliputi analis kesehatan/teknisi bank darah yang terlatih dalam pengujian laboratorium, serta perawat yang memahami prosedur transfusi. Pembagian tugas yang jelas dan komunikasi yang efektif antar anggota tim adalah esensial.

Proses Transfusi Darah

Proses transfusi darah adalah sebuah rantai yang panjang dan membutuhkan koordinasi yang mulus antar berbagai pihak.

 

Permintaan Transfusi 

Semuanya dimulai dari dokter yang merawat pasien. Ketika seorang pasien membutuhkan transfusi darah, dokter akan membuat permintaan transfusi berdasarkan indikasi klinis yang jelas, seperti:

  • Anemia berat yang simtomatik.

  • Perdarahan akut akibat trauma atau operasi.

  • Kondisi medis tertentu seperti talasemia, leukemia, atau gagal ginjal kronis. Formulir permintaan transfusi harus diisi lengkap dengan data pasien (nama, tanggal lahir, nomor rekam medis), diagnosis, jenis komponen darah yang diminta, volume, dan riwayat transfusi sebelumnya. Bersamaan dengan permintaan, sampel darah pasien (biasanya darah vena) akan diambil untuk dikirim ke UTD guna pemeriksaan pra-transfusi.

Proses di UTD 

Setelah sampel darah pasien dan formulir permintaan diterima oleh UTD, proses berikut akan berlangsung:

  1. Penerimaan Sampel dan Permintaan

Staf UTD akan memverifikasi identitas sampel dengan formulir permintaan untuk mencegah kesalahan.

  1. Pelaksanaan Pemeriksaan Pra-Transfusi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ini mencakup penentuan golongan darah ABO/Rh, uji silang serasi, dan skrining antibodi ireguler. Proses ini membutuhkan waktu dan ketelitian.

  1. Pemilihan Komponen Darah

Berdasarkan hasil pengujian, staf UTD akan memilih komponen darah yang paling cocok dari stok yang tersedia. Prioritas diberikan pada darah yang paling kompatibel dan yang memiliki tanggal kadaluarsa terdekat (first-in, first-out).

  1. Verifikasi Akhir

Sebelum darah dikeluarkan, staf UTD akan melakukan verifikasi ulang terhadap semua data: identitas pasien, golongan darah, hasil crossmatch, dan jenis komponen darah. Ini adalah langkah verifikasi terakhir di UTD.

Pengeluaran dan Transportasi Darah 

Setelah darah siap, UTD akan mengeluarkan komponen darah yang diminta. Darah harus diangkut dari UTD ke unit perawatan pasien dalam kondisi yang terkontrol. Untuk sel darah merah, ini berarti menggunakan wadah berinsulasi dengan ice pack untuk menjaga suhu 2-6°C. Untuk trombosit, yang disimpan pada suhu kamar, wadah berinsulasi juga digunakan untuk mencegah fluktuasi suhu ekstrem. Kecepatan transportasi juga penting, terutama untuk komponen yang sensitif seperti trombosit.

Pemberian Transfusi di Ruang Perawatan

Ini adalah tahap akhir dan paling kritis dalam rantai transfusi. Dilakukan oleh perawat yang terlatih:

  1. Verifikasi Ganda di Sisi Pasien

Ini adalah langkah keamanan paling penting. Dua tenaga kesehatan (biasanya perawat dan/atau dokter) harus secara bersamaan memverifikasi identitas pasien (nama, tanggal lahir, nomor rekam medis) dengan label pada kantong darah dan formulir permintaan. Mereka juga harus memeriksa golongan darah, nomor kantong, dan tanggal kadaluarsa. Kesalahan di sini adalah penyebab utama reaksi transfusi fatal.

  1. Pemeriksaan Kondisi Fisik Darah

Memastikan tidak ada gumpalan, perubahan warna, atau tanda-tanda kontaminasi pada kantong darah.

  1. Pemasangan Infus

Menggunakan set transfusi khusus dengan filter untuk mencegah masuknya partikel.

  1. Pemantauan Pasien

Tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu, pernapasan) pasien harus dipantau secara ketat sebelum, selama, dan setelah transfusi. Reaksi transfusi paling sering terjadi dalam 15-30 menit pertama.

  1. Pencatatan Detail

Semua detail transfusi, termasuk waktu mulai dan selesai, volume yang diberikan, dan setiap reaksi yang diamati, harus dicatat dalam rekam medis pasien.

Penanganan Sampel Pasca-Transfusi 

Setelah transfusi selesai, kantong darah kosong dan sampel darah pasien (serta sampel donor yang tersisa) biasanya disimpan di UTD selama beberapa hari. Ini berguna jika terjadi reaksi transfusi dan diperlukan investigasi lebih lanjut.

Tantangan dan Risiko dalam Operasional UTD

Meskipun prosedur yang ketat telah diterapkan, operasional UTD tidak lepas dari berbagai tantangan dan risiko yang memerlukan perhatian serius:

Risiko Kesalahan Identifikasi

Ancaman Tersembunyi Ini adalah risiko paling menakutkan dalam transfusi darah. Kesalahan identifikasi pasien, sampel darah, atau komponen darah dapat menyebabkan transfusi darah yang tidak kompatibel, yang berujung pada reaksi hemolitik akut yang fatal. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa kesalahan administrasi (misalnya, memberikan darah kepada pasien yang salah) adalah penyebab utama reaksi transfusi serius. Oleh karena itu, prosedur verifikasi ganda di setiap titik kritis, terutama di sisi pasien, adalah majas tameng utama yang harus selalu ditegakkan.

Reaksi Transfusi 

Meskipun jarang, reaksi transfusi dapat terjadi. Reaksi ini bervariasi dari ringan (demam, ruam) hingga berat (syok anafilaktik, gagal ginjal akut, Acute Lung Injury/TRALI). UTD harus memiliki protokol yang jelas untuk deteksi dini, penanganan cepat, dan pelaporan setiap reaksi. Pelaporan ini penting untuk analisis dan pencegahan di masa mendatang.

Penularan Penyakit 

Meskipun skrining donor darah di UDD/PMI sangat ketat untuk penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B dan C, Sifilis, dan Malaria, risiko penularan melalui transfusi tidak pernah nol. Risiko ini sangat rendah, namun tetap menjadi perhatian. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap standar skrining donor dan pengujian darah yang ketat adalah fundamental.

Manajemen Stok Darah 

Ini adalah tantangan logistik yang signifikan. UTD harus menyeimbangkan antara memiliki stok darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak (termasuk kasus trauma massal atau bencana) dan menghindari pemborosan akibat kadaluarsa. Variabilitas permintaan, keterbatasan pasokan dari UDD/PMI, dan masa simpan komponen darah yang relatif singkat (misalnya, trombosit hanya 5 hari) membuat manajemen stok menjadi sangat kompleks. Penyimpanan yang tepat juga mahal, membutuhkan lemari pendingin khusus dan pasokan listrik yang stabil.

Kepatuhan Regulasi dan Standar Akreditasi 

UTD beroperasi di bawah pengawasan regulasi yang ketat dari Kementerian Kesehatan dan badan akreditasi seperti Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di Indonesia atau Joint Commission International (JCI). Kepatuhan terhadap Standar Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) dan standar akreditasi lainnya memerlukan dokumentasi yang sangat rinci, audit trail yang jelas, dan pembaruan prosedur secara berkala. Kegagalan dalam kepatuhan dapat berakibat pada sanksi dan penurunan kualitas pelayanan.

Sumber Daya Manusia 

Operasional UTD membutuhkan staf yang tidak hanya terlatih secara teknis tetapi juga memiliki integritas tinggi dan perhatian terhadap detail. Kekurangan staf yang kompeten, kelelahan, atau kurangnya pelatihan berkelanjutan dapat meningkatkan risiko kesalahan.

Standar Kualitas dan Praktik Terbaik di UTD

Untuk mengatasi tantangan dan meminimalkan risiko, UTD harus menerapkan standar kualitas dan praktik terbaik secara konsisten:

Pentingnya Standar Prosedur Operasional (SPO)

Setiap langkah dalam proses transfusi, dari penerimaan hingga pemantauan pasca-transfusi, harus didokumentasikan dalam SPO yang jelas, mudah diakses, dan wajib diikuti oleh semua staf. SPO harus ditinjau dan diperbarui secara berkala.

Kontrol Kualitas Internal dan Eksternal

  • Kontrol Kualitas Internal

Pengujian rutin terhadap reagen, peralatan (misalnya, kalibrasi termometer lemari pendingin), dan kinerja staf.

  • Kontrol Kualitas Eksternal

Partisipasi dalam program pemantapan mutu eksternal (PME) yang diselenggarakan oleh lembaga independen. Ini membantu UTD membandingkan kinerjanya dengan laboratorium lain dan mengidentifikasi area perbaikan.

Pelatihan dan Kompetensi Staf

Semua staf yang terlibat dalam proses transfusi, baik di UTD maupun di unit perawatan, harus menerima pelatihan awal yang komprehensif dan pelatihan berkelanjutan. Ini mencakup pengetahuan tentang ilmu transfusi, prosedur operasional, penanganan reaksi transfusi, dan penggunaan peralatan. Sertifikasi dan penilaian kompetensi berkala juga penting.

Sistem Dokumentasi yang Akurat dan Komprehensif

Setiap kantong darah harus memiliki riwayat yang jelas, dari donor hingga pasien. Ini mencakup:

  • Data donor dan hasil skrining.

  • Tanggal pengumpulan dan pemrosesan.

  • Hasil pengujian di UTD.

  • Identitas pasien yang menerima darah.

  • Waktu dan volume transfusi.

  • Setiap reaksi yang terjadi. Dokumentasi yang baik memungkinkan pelacakan penuh (vein-to-vein traceability) dan sangat penting untuk audit serta investigasi insiden.

Audit Internal dan Eksternal

Audit internal secara teratur membantu UTD mengidentifikasi ketidaksesuaian dengan SPO dan standar. Audit eksternal oleh badan akreditasi atau regulator memberikan penilaian independen terhadap kepatuhan dan kinerja UTD.

Manajemen Risiko

UTD harus memiliki program manajemen risiko yang proaktif untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai risikonya, dan mengembangkan strategi mitigasi. Ini mencakup analisis akar masalah (root cause analysis) untuk setiap insiden atau near-miss yang terjadi.

Komunikasi dan Kolaborasi

Komunikasi yang efektif antara UTD, dokter yang merawat, perawat, dan laboratorium klinis lainnya sangat penting untuk memastikan transfusi yang aman dan tepat waktu.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 118,5 juta donasi darah dikumpulkan secara global setiap tahun. Namun, kebutuhan akan darah tetap tinggi, terutama di negara berkembang. Kesalahan transfusi, meskipun jarang, dapat memiliki konsekuensi serius. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Transfusion (2016) menemukan bahwa kesalahan administrasi (misalnya, memberikan darah kepada pasien yang salah) menyumbang sekitar 70% dari semua reaksi transfusi fatal. Ini menggarisbawahi pentingnya verifikasi ganda di sisi pasien. Di Indonesia, regulasi mengenai pelayanan darah diatur oleh Kementerian Kesehatan, termasuk standar untuk UTD dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) yang harus dipatuhi untuk menjamin keamanan dan kualitas.

Kesimpulan

Unit Transfusi Darah adalah unit yang sangat kompleks dan krusial, berfungsi sebagai penjaga gerbang keselamatan pasien dalam setiap tindakan transfusi. Keberhasilan UTD bergantung pada kombinasi prosedur yang ketat, staf yang kompeten, dan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap kualitas dan keamanan. Setiap tetes darah yang mengalir dari UTD ke tubuh pasien adalah hasil dari serangkaian proses yang teliti, verifikasi berlapis, dan dedikasi tinggi dari para profesional. UTD bukan hanya tentang mengelola stok darah, tetapi tentang mengelola harapan dan menyelamatkan nyawa.

 

Di tengah kompleksitas dan tantangan yang terus berkembang, fasilitas kesehatan terus mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan UTD mereka. AIDO Health memahami kebutuhan ini. Apabila Anda membutuhkan bantuan untuk mengoptimalkan operasional Unit Transfusi Darah di fasilitas Anda, mulai dari manajemen data yang akurat, efisiensi manajemen stok, hingga pelacakan yang komprehensif, jangan ragu untuk menghubungi kami. AIDO Health siap menjadi mitra Anda dalam mewujudkan pelayanan transfusi darah yang lebih aman, efisien, dan berkualitas. Kunjungi website kami atau hubungi tim ahli kami untuk konsultasi lebih lanjut.

Bagikan artikel ini    
Isi formulir dibawah untuk berkomunikasi dengan tim kami.