Obesitas adalah gangguan kompleks dengan jumlah lemak tubuh yang berlebihan. Bukan hanya masalah kosmetik, obesitas memiliki banyak komplikasi penyakit yang fatal, seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi dan kanker. Banyak alasan mengapa setiap orang mengalami kesulitan turunkan berat badan. Biasanya obesitas disebabkan oleh faktor keturunan, fisiologis dan lingkungan, dikombinasikan dengan diet, aktivitas fisik, dan pilihan olahraga.
Meskipun ada pengaruh genetik, perilaku, metabolisme, dan hormonal pada berat badan, obesitas terjadi ketika Anda mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang Anda bakar melalui aktivitas normal dan olahraga sehari-hari. Sehingga tubuh menyimpan banyak kalori ini menjadi lemak.
Di Indonesia saat ini, kebanyakan orang asupan makanan terlalu tinggi kalori — sering kali dari makanan cepat saji dan minuman berkalori tinggi.
Obesitas memiliki kombinasi antara faktor dan penyebab yang berkontribusi:
Gen yang berasal dari orang tua bisa jadi pengaruh dalam jumlah lemak yang ada dan mempengaruhi lemak yang tersimpan di dalam tubuh, dan di mana lemak itu didistribusikan. Obesitas cenderung menurun dalam keluarga. Setiap anggota dalam keluarga biasanya mempunyai kebiasaan pola makan dan kegiatan yang sama.
Pola makan yang tidak sehat. Makanan yang tinggi kalori, kurang buah dan sayuran, penuh makanan cepat saji, minuman berkalori tinggi dan makan dengan porsi besar berkontribusi terhadap penambahan berat badan.
Kalori dalam bentuk cair. Konsumsi minuman yang mengandung banyak kalori tanpa mendapatkan rasa kenyang, terutama alkohol yang mengandung gula.
Tidak aktif bergerak. Faktor ini akan menjadi kebiasaan yang umum, gaya hidup tidak teratur dan tidak banyak bergerak.
Penyakit yang dapat menyebabkan obesitas seperti Sindrom Cushing, sindrom Prader-Willi dan beberapa kondisi yang lainnya. Masalah yang lain seperti radang sendi dan penyakit yang memicu kurangnya pergerakan dapat menyebabkan bertambahnya berat badan.
Baca juga: Penyakit yang Dapat Muncul Akibat Obesitas
Faktor sosial dan ekonomi terkait dengan obesitas. Sulit untuk menghindari obesitas jika Anda tidak memiliki area yang aman untuk berjalan atau berolahraga. Kemungkinan tidak adanya edukasi memasak yang sehat, atau kemungkinan tidak ada akses untuk makanan yang lebih sehat.
Obesitas bisa kepada semua usia, anak kecil juga termasuk. dengan bertambahnya usia, hormonal yang berubah dan gaya hidup yang kurang aktif, dapat meningkatkan risiko obesitas.
Penampilan seseorang yang menderita obesitas cukup nyata dengan melihat bentuk badannya. Selain itu, ada juga patokan ukuran lingkar pinggang. Lingkar pinggang lebih dari 102 cm pada laki-laki, dan lebih dari 88 cm pada perempuan sudah dapat dikategorikan berat badan berlebih. Karena tinggi setiap orang berbeda, maka ukuran lingkar pinggang kurang pas untuk mendefinisikan obesitas. Alat ukur yang lebih umum dipakai saat ini adalah dengan menghitung Body Mass Index (BMI).
Cara menghitung Body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) adalah dengan menggunakan rumus:
tinggi badan = menggunakan satuan meter (contoh: 150 cm=1,5 m)
berat badan = menggunakan satuan kg,
Melalui tabel ini dapat disimpulkan obesitas adalah ketika IMT di atas nilai 25 kg/m².
Gejala utama obesitas adalah kelebihan berat badan. Akibat berlebihnya lemak maka penderita obesitas dapat merasa sesak napas (terutama saat beraktivitas), mudah lelah, tidak dapat berhenti makan dan mendengkur saat tidur. Gejala atau penyakit lainnya yang diakibatkan oleh obesitas disebut dengan komplikasi.
Orang dengan obesitas lebih memiliki kemungkinan sejumlah masalah kesehatan yang berpotensi serius, termasuk:
Penyakit jantung dan stroke. Obesitas dapat membuat Anda meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol, yang meningkatkan risiko terkena stroke dan risiko penyakit jantung.
Diabetes tipe 2. Obesitas dapat mengganggu fungsi insulin saat meregulasi gula darah. Hal ini menimbulkan tingkatan risiko resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
Kanker. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker rahim, leher rahim, endometrium, ovarium, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan prostat.
Masalah saluran pencernaan. Obesitas meningkatkan risiko penyakit kantung empedu dan permasalahan fungsi hati, serta masalah pada pencernaan.
Sleep apnea (apnea tidur). Pernapasan yang berulang kali berhenti dan saat tidur akibat banyaknya lemak, terutama di leher yang menghambat aliran udara.
Osteoartritis. Sendi-sendi mengalami tekanan besar karena harus menahan beratnya tubuh. Akhirnya sendi-sendi mengalami peradangan, nyeri hingga kaku, yang akhirnya menyebabkan penderita obesitas menjadi sulit berjalan. Pada akhirnya berat badan bertambah lagi akibat kurangnya aktivitas.
Gejala COVID-19 yang parah. Obesitas meningkatkan risiko berkembangnya gejala parah jika terinfeksi virus. Orang dengan obesitas yang terkena COVID-19 parah mungkin akan memerlukan perawatan khusus dan intensif, bahkan memerlukan bantuan pernapasan mekanis.
Mulai mengubah pola hidup sehat dan teratur,
Selalu memperhatikan asupan makanan yang cocok dan rendah kalori,
Konsumsi makanan Indeks Glikemik (GI) rendah.
Berolahraga.
Konsumsi makanan sayur dan buah.
Tidur yang cukup.
Bergerak aktif minimal 30 menit/hari
Batasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih.
Jika Anda khawatir dengan berat badan Anda atau masalah kesehatan terkait berat badan, tanyakan kepada dokter Anda tentang penanganan obesitas. Anda dan dokter Anda dapat mengevaluasi risiko kesehatan Anda dan mendiskusikan pilihan penurunan berat badan Anda.
Baca juga: Lakukan Gaya Hidup Sehat Ini untuk Mencegah Obesitas
Memiliki pertanyaan? Anda bisa berkonsultasi video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.
Anda mungkin juga tertarik