Infark Miokard

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 04 Jun 2021

Bagikan

Infark Miokard

Infark miokard (MI) atau dikenal juga sebagai serangan jantung merupakan kondisi ketika terjadi sumbatan pembuluh darah jantung yang mengakibatkan kekurangan suplai darah dan oksigen sehingga jaringan otot jantung mengalami kerusakan dan kematian. Penyebab MI bersifat multifaktorial dengan mekanisme utama berupa penyumbatan pembuluh darah arteri jantung.


Penyumbatan pembuluh darah arteri jantung dapat disebabkan oleh sumbatan plak ateroma yang disebabkan karena adanya penumpukan kolestesterol ataupun oleh penyebab lain. Terdapat tiga kelompok utama MI berdasarkan hasil pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dan enzim jantung: ST elevation MI (STEMI), non-ST elevation MI (NSTEMI), dan angina tidak stabil. 


Tanda dan Gejala


Beberapa gejala klasik dari serangan jantung adalah sebagai berikut :

  • nyeri dada yang khas: terjadi terus-menerus seperti ditindih benda berat dan tidak membaik selama 30-60 menit, lokasi di bawah tulang dada dengan penjalaran ke lengan kiri, punggung bagian atas, leher, hingga rahang bawah

  • mual dan muntah

  • sesak napas

  • pusing

  • lelah

  • keringat dingin

  • rasa berdebar pada dada


Selain gejala klasik yang dikeluhkan oleh pasien, beberapa tanda objektif dapat terlihat dalam pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lain. Tanda-tanda yang dapat muncul antara lain:

  • Gangguan irama jantung atau aritmia 

  • Tekanan darah umumnya tinggi atau rendah pada kondisi syok

  • Dapat terjadi pelebaran pembuluh darah vena pada leher yang menandakan adanya gagal jantung

  • Suara napas abnormal pada bagian bawah paru-paru yang didengar melalui stetoskop

  • Pembengkakan, kebiruan pada kuku ataupun bibir, dan dingin pada tangan dan kaki


Hal yang perlu diperhatikan adalah gejala-gejala klasik dari serangan jantung bisa tidak muncul pada perempuan dan pasien usia tua. Pada beberapa kasus ringan, MI seringkali dianggap sebagai gangguan lambung.


Diagnosis


Penegakan diagnosis MI dimulai oleh dokter dengan menanyakan beberapa hal terkait tanda, dan gejala yang muncul. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnosis antara lain:

  • Elektrokardiografi untuk menilai irama jantung

  • Pemeriksaan laboratorium untuk menilai

    • Enzim atau marka jantung

    • Darah perifer lengkap

    • Profil lipid

    • Fungsi ginjal

    • Fungsi hati

    • Kadar gula darah

  • Angiografi jantung

Ditujukan untuk menemukan lokasi sumbatan arteri jantung

  • Ekokardiografi

Ditujukan untuk menilai fungsi pemompaan jantung dan patensi katup jantung


Tata Laksana


Kecepatan tata laksana sangat penting mengingat semakin lambat intervensi yang diberikan, maka semakin banyak kerusakan jantung yang dapat terjadi. Waktu terbaik tata laksana kondisi ini adalah satu sampai dua jam sejak kejadian.


Pilihan obat-obatan yang digunakan antara lain :

  • Obat pengencer darah seperti aspirin dan clopidogrel

  • Obat antinyeri poten, contohnya morfin

  • Obat golongan nitrat yang dapat melebarkan pembuluh darah, contohnya isosorbide dinitrat (ISDN) atau nitrogliserin 

  • Akses vena (infus)

  • Suplementasi oksigen (bila saturasi di bawah 92 %)


Tata laksana utama dari kondisi ini adalah reperfusi atau pembukaan kembali pembuluh darah yang tersumbat. Setelah tata laksana awal dengan obat, perlu dilakukan pemasangan stent jantung atau dikenal sebagai percutaneous coronary intervention (PCI) pada fasilitas kesehatan yang pemasangan alatnya harus dilakukan dalam waktu 90 menit.


Jika PCI tidak memungkinkan dalam 120 menit setelah diagnosis karena fasilitas kesehatan tidak memiliki alatnya, pemberian obat yang berfungsi untuk menghancurkan sumbatan yakni obat trombolitik harus dilakukan dalam waktu 30 menit. 


Apabila pasien mengalami gangguan irama jantung dan tekanan darah sangat turun, tindakan reperfusi harus segera dilakukan sesegera mungkin. Akan tetapi, apabila pasien dalam kondisi stabil, maka tindakan reperfusi masih dapat ditunda.


Referensi:

1. https://www.medscape.com/

2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/


Bagikan artikel ini