Obat

Diacerein

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 26 Nov 2021

Bagikan

Diacerein

Nama Dagang: Artrodar, Artoflam

 

Diacerein, atau disebut juga dengan diasetilrhein, adalah obat yang digunakan untuk terapi jangka panjang penyakit sendi degeneratif, terutama untuk osteoartritis (pembengkakan dan nyeri pada sendi) pada sendi panggul atau lutut. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk pengobatan penderita artritis reumatoid, yaitu peradangan sendi yang disebabkan oleh kondisi autoimun (sistem imun seseorang menyerang jaringan tubuhnya sendiri), psoriasis (kemerahan, gatal-gatal, dan sisik pada kulit akibat peradangan), epidermolisis bulosa (kondisi kulit yang rapuh dan melepuh), serta infeksi gusi. Diacerein pertama kali dibuat sekitar tahun 1980-an dan sudah diperjualbelikan di Asia dan Uni Eropa sejak tahun 1994. Penggunaan diacerein sangat terbatas karena dapat menimbulkan diare berat. 

 

Golongan : Symptomatic slow-acting drugs for osteoarthritis (SYSADOA), antrakuinon

Kategori : Obat resep/keras

Manfaat : Terapi jangka panjang penyakit sendi degeneratif, contohnya osteoartritis

Bentuk : Kapsul

Dikonsumsi oleh : Dewasa

Diacerein bekerja dengan cara meredakan peradangan pada sendi. Selain itu, diacerein juga mampu mencegah proses penghancuran tulang rawan dan memperbaiki aktivitas sel tulang yang terganggu.

Peringatan

  • Apabila hendak menjalani pengobatan dengan diacerein, konsultasikan pada dokter Anda jika Anda memiliki gangguan fungsi ginjal, karena pengobatan diacerein dilarang untuk penderita gangguan fungsi ginjal yang berat.

  • Beritahu dokter Anda apabila Anda hendak menjalani pengobatan dengan diacerein tetapi juga sedang menjalankan pengobatan obat diuretik.

  • Informasikan dokter Anda apabila Anda sedang berpuasa atau sedang mengonsumsi makanan dalam jumlah sangat sedikit.

  • Konsultasikan dokter Anda apabila Anda adalah wanita yang sedang hamil. Hal ini karena belum ada penelitian yang memadai yang membuktikan keamanan diacerein terhadap ibu hamil dan janin.

  • Diacerein adalah obat yang dapat terbawa dalam ASI sehingga Anda perlu berkonsultasi dengan dokter Anda apabila Anda wanita yang sedang menyusui.

  • Diacerein yang dikonsumsi bersama dengan antibiotik dapat meningkatkan risiko diare dan gangguan-gangguan pencernaan lainnya.

  • Obat ini tidak disarankan dikonsumsi oleh orang yang mengonsumsi obat pencahar atau laksatif, yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi sembelit.

  • Penggunaan obat diacerein bersama dengan obat antasida (obat untuk maag atau asam lambung) dapat menurunkan efektivitas diacerein.

  • Penggunaan obat diacerein bersama dengan obat diuretik dapat meningkatkan risiko aritmia (gangguan irama jantung).

  • Jangan konsumsi diacerein melebihi dosis yang diberikan dokter.

  • Jangan hentikan  pengobatan diacerein secara tiba-tiba pada penggunaan jangka panjang. Konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum menghentikan pengobatan.

Dosis dan Aturan Pakai

Diacerein termasuk obat keras sehingga pengobatan harus mengikuti instruksi dokter. Diacerein hanya diperbolehkan dikonsumsi oleh orang dewasa. Dosis yang diberikan untuk orang dewasa yaitu 50 mg yang dikonsumsi 2x sehari melalui mulut (oral).

Untuk dua minggu pertama terapi, pengobatan disarankan dimulai dengan 1 kapsul per hari. Setelah itu, dosis dinaikkan menjadi 2 kapsul per hari apabila tubuh sudah mulai beradaptasi dengan pengobatan. Jangka waktu pengobatan dapat beragam tergantung pada reaksi tubuh pasien terhadap obat dan tujuan pengobatan.

Untuk pengobatan jangka panjang (lebih dari 6 bulan), obat dikonsumsi sejumlah 1 kapsul 2x sehari bersama dengan makanan.

Cara Menggunakan Obat

Obat ini harus dikonsumsi bersama dengan makanan agar dapat terserap dengan baik. Sebaiknya, obat dikonsumsi saat makan malam. Selain itu, obat juga boleh dikonsumsi sesaat setelah makan.

Cara Penyimpanan

Simpan diacerein di dalam kontainer yang telah disediakan, tutup dengan rapat ,dan jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Simpan dalam tempat kering, sejuk, dan dalam suhu ruangan. Jauhi obat dari sumber panas yang berlebihan serta tempat lembab seperti kamar mandi. Jauhkan obat dari sinar matahari langsung. Suhu yang disarankan untuk menyimpan diacerein yaitu 15-25°C.

Kontraindikasi

Obat ini dilarang dikonsumsi bagi orang-orang dengan kondisi berikut: 

  • Hipersensitivitas (reaksi sistem imun tubuh berlebihan dan menimbulkan efek berbahaya) terhadap diacerein atau obat-obat turunan antrakuinon

  • Riwayat gangguan sistem pencernaan

  • Wanita hamil

  • Wanita yang sedang menyusui

  • Peradangan usus

  • Gangguan fungsi ginjal yang berat

  • Gangguan fungsi hati yang berat

Efek Samping

Efek samping yang dapat timbul akibat pengobatan dengan diacerein antara lain:

  • Diare

  • Urin berwarna kuning pekat

  • Nyeri ulu hati (epigastrik)

  • Mual

  • Muntah

  • Gatal-gatal

  • Eksim

  • Kulit melepuh

  • Gangguan fungsi hati dan empedu

Diare dapat menjadi tanda bahwa diacerein dikonsumsi terlalu banyak atau melebihi dosis yang direkomendasikan (overdosis).

 

Tagging (Gejala Umum)

  • Penyakit sendi degeneratif

  • Osteoporosis

  • Arthritis rheumatoid

  • Psoriasis

  • Periodontitis

Cukup sekian informasi mengenai obat yang dapat tim aido berikan, semoga bermanfaat.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kesehatan, Anda bisa video call langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan Aido Health. Download aplikasi Aido Health di App Store dan Google Play.

 

Referensi:

MIMS. Diacerein [Internet]. Alexandra Rd: MIMS; 2020 Aug 25 [cited 2021 Jul 1]. 

Drugs.com. Diacerein [Internet]. New York: Drugs.com; date unknown [cited 2021 Jul 1]. 

DrugBank. Diacerein [Internet]. Alberta: DrugBank; date unknown [cited 2021 Jul 1]. 

Pavelka K, Bruyère O, Cooper C, et al. Diacerein: Benefits, Risks and Place in the Management of Osteoarthritis. An Opinion-Based Report from the ESCEO [published correction appears in Drugs Aging. 2017 May;34(5):413]. Drugs Aging. 2016;33(2):75-85. doi:10.1007/s40266-016-0347-4

 

Pusat Informasi Obat Nasional. Diacerein [Internet]. Jakarta: Badan POM RI; date unknown [cited 2021 Jul 1].

Tag :
Bagikan artikel ini