Perkembangan teknologi informasi menuntut adanya kesiapan dan kesanggupan dari setiap lini untuk terus bertransformasi. Tak terkecuali dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang berbentuk klinik.
Dalam hal ini, setiap klinik diharuskan untuk memiliki sistem informasi manajemen (SIM) yang sesuai standar. Namun, dalam penerapannya di lapangan, terdapat beberapa tantangan menggunakan SIM Klinik untuk klinik.
Untuk itulah, artikel ini akan menjabarkan apa saja tantangan yang dihadapi oleh klinik dalam menerapkan sistem informasi manajemen (SIM) ini sekaligus mencari tahu solusi terbaik yang bisa mengentaskan masalah tersebut.
Tantangan Transformasi Digital Kesehatan Indonesia
Sebelum membahas lebih detail mengenai persoalan dalam penerapan SIM klinik, perlu diketahui bahwa Kementerian Kesehatan RI bersama dengan United Nations Development Programme (UNDP) telah berhasil membuat blue print Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.
Hasil dari kerja tersebut menjadi panduan bagi setiap penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dalam upayanya untuk melakukan transformasi digital. Dengan kata lain, pemerintah akan terus mendorong agar setiap faskes berlomba-lomba untuk terus meningkatkan inovasi pelayanan digital mereka.
Walaupun telah ada cetak biru tersebut, Pemerintah menyadari bahwa penerapan transformasi digital di sektor pelayanan kesehatan tidak semudah yang direncanakan.
Dalam hal ini, masih ada sekitar 270 juta data catatan rekam medis yang masih ditulis secara manual. Padahal, Pemerintah sudah banyak mengeluarkan berbagai aturan yang mengatur mengenai penerapan sistem rekam medis elektronik (RME).
Bahkan, data terbaru menunjukkan bahwa setidaknya 80% fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia ini belum menggunakan teknologi sistem operasional yang berbasis digital alias masih mengandalkan tenaga manual. Untuk itulah, penting bagi Pemerintah untuk terus menerus menggalakkan kampanye transformasi digital di sektor kesehatan.
Tantangan Penerapan SIM Klinik
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, proses transformasi digital di sektor kesehatan nampaknya masih perlu proses yang cukup panjang. Lalu, bagaimana dengan penerapan SIM Klinik sendiri?
Dalam hal ini, sama seperti fasilitas kesehatan yang lainnya, penerapan SIM Klinik pun mengalami tantangan atau kendala di lapangan. Setidaknya, dalam hal ini terdapat 4 tantangan menggunakan SIM Klinik untuk klinik:
Sistem yang Belum Terintegrasi
Kebanyakan klinik masih menggunakan sistem yang sifatnya hanya berdiri sendiri dan tidak bisa terintegrasi dengan fitur atau bahkan sistem lainnya. Padahal, saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menggalakkan integrasi data kesehatan secara nasional. Selain itu, tampilan antar muka yang digunakan biasanya masih relatif sulit untuk bisa langsung dikuasai oleh pengguna.
Tingginya Biaya
Tidak semua pengelola klinik mampu untuk menanggung biaya perawatan sistem dalam upaya penerapan SIM Klinik berbasis digital. Bagi klinik besar mungkin persoalan ini tidak berarti apa-apa. Namun, bagi klinik kecil atau klinik baru, biaya perawatan sistem akan sangat membebani keuangan mereka.
Ketiadaan Hardware
Tantangan ketiga yang dihadapi klinik dalam penerapan SIM klinik adalah ketiadaan dukungan perangkat keras atau (hardware). Hal ini sebenarnya termasuk dalam komponen biaya yang dapat mempengaruhi neraca keuangan klinik.
Ancaman Serangan Siber
Selanjutnya, sekalipun klinik telah memiliki dan menerapkan SIM Klinik, namun dalam pelaksanaannya tidak akan lepas dari yang namanya ancaman serangan siber. Tanpa memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, sistem yang telah dibangun dan menghabiskan banyak biaya akan rentan terkena serangan malware dan peretasan yang dapat membahayakan data pasien dan klinik itu sendiri.
Solusi Penerapan SIM Klinik yang Terjangkau, Aman, dan Terintegrasi
Melihat berbagai tantangan dalam penerapan SIM Klinik tersebut, AIDO KLINIKA secara khusus hadir menyediakan layanan yang dapat membantu pengelola klinik untuk menyelesaikan semua persoalan tersebut. Apa saja keunggulan AIDO KLINIKA?
Terintegrasi
AIDO KLINIKA dirancang secara khusus untuk menyediakan sistem informasi klinik yang terintegrasi dengan fitur dan sistem lainnya. Dalam hal ini termasuk sistem digital kesehatan nasional dirancang oleh Pemerintah Indonesia.
Terjangkau
AIDO KLINIKA menyadari bahwa biaya investasi yang terjangkau merupakan salah satu pertimbangan klinik. Oleh karena itu, layanan ini dibuat sedemikian rupa agar baik klinik kecil maupun klinik yang baru beroperasi dapat ikut serta menggunakan layanan ini.
Mudah
AIDO KLINIKA dirancang dengan pemikiran bahwa sistem ini dapat dengan mudah dioperasikan oleh setiap pengguna. Oleh karena itu, pengelola atau karyawan klinik tidak perlu memiliki keahlian IT khusus untuk dapat mengoperasikan sistem AIDO KLINIKA.
Layanan Purna Jual
AIDO KLINIKA tidak lepas tangan begitu saja ketika pembayaran telah selesai. AIDO akan berupaya untuk terus memberikan pelayanan purna jual demi kepuasan pelanggan.
Dengan semua fasilitas dan layanan yang ditawarkan oleh AIDO KLINIKA, tantangan menggunakan SIM Klinik untuk klinik tidak lagi menjadi persoalan rumit bagi pengelola klinik. Saatnya meraih transformasi digital yang cepat dan unggul bersama AIDO KLINIKA, kapan giliran klinik Anda?
Referensi
Anda mungkin juga tertarik