Ulkus peptikum yang dikenal sebagai tukak saluran cerna adalah kondisi hilangnya sebagian lapisan saluran cerna. Ulkus dapat terjadi pada lambung (ulkus gaster) dan usus halus (ulkus duodenum). Keduanya memiliki gejala yang mirip, tetapi dapat dibedakan karena perbedaan lokasinya.
Ulkus peptikum dapat terjadi karena beberapa kondisi berikut:
Infeksi H. pylori, herpes, sitomegalovirus, atau tuberkulosis
Penggunaan obat, seperti obat antiinflamasi (antiradang) nonsteroid (OAINS), klopidogrel, kokain, kortikosteroid, atau KCl
Penyakit di bagian tubuh lain, seperti sirosis hati, penyakit Crohn, atau gagal ginjal
Penyakit kritis, seperti trauma, kondisi pasca pembedahan, sindrom Zollinger-Ellison, atau syok
Stres psikologis
Gejala
Hal yang paling sering dirasakan pada pasien dengan ulkus peptikum adalah nyeri perut yang biasanya terasa di bagian ulu hati dan muncul setelah makan. Nyeri yang dirasakan biasanya seperti rasa terbakar atau perih. Rasa nyeri dapat membaik bila pasien makan atau dengan pemberian antasida. Pada beberapa pasien, rasa nyeri dapat dirasa seperti rasa lapar. Pada beberapa pasien lainnya, terutama pada pasien usia lanjut, gejala nyeri bisa saja tidak muncul.
Terdapat beberapa perbedaan gejala antara ulkus gaster dan ulkus duodenum, yaitu:
Perbaikan nyeri
Nyeri pada pasien dengan ulkus gaster tidak selalu membaik setelah makan. Makanan terkadang malah menjadi pencetus nyeri pada pasien ulkus gaster. Pasien dengan ulkus duodenum memiliki ciri khas nyeri yang membaik dengan makan.
Waktu terjadinya nyeri
Pada ulkus gaster, nyeri terjadi segera setelah pasien makan. Sementara itu, pada ulkus duodenum, nyeri terjadi 2-3 jam sesudah makan atau saat pasien merasa lapar.
Nyeri yang mengganggu saat tidur
Pasien dengan ulkus duodenum sering mengalami nyeri perut yang mengganggu hingga pasien terbangun dari tidurnya. Nyeri terjadi pada kisaran tengah malam hingga jam 3 pagi. Sementara itu, pasien dengan ulkus gaster lebih jarang mengalami gejala ini.
Gejala lain yang dapat menyertai nyeri perut pada pasien dengan ulkus peptikum adalah:
Cepat kenyang, rasa penuh di ulu hati, kembung, mual, dan muntah
Perdarahan saluran cerna yang ditandai dengan BAB hitam atau muntah darah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis ulkus peptikum adalah teropong saluran cerna (endoskopi/esofagogastroduodenoskopi). Pemeriksaan dilakukan pada pasien berusia > 55 tahun yang pertama kali mengalami gejala ulkus dengan tanda bahaya berupa:
Perdarahan saluran cerna
Anemia
Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
Gangguan menelan atau nyeri menelan
Muntah berulang dan menetap
Riwayat keganasan saluran cerna pada anggota keluarga
Bila tidak tersedia fasilitas teropong, pasien dapat diperiksa dengan pemeriksaan rontgen perut dengan kontras ganda. Pasien yang memenuhi tanda bahaya tetapi belum mencapai usia 55 tahun juga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi infeksi H. pylori. Pemeriksaan untuk bakteri tersebut tersedia melalui metode biopsi, kultur, pemeriksaan darah, atau pemeriksaan napas urea (urea breath test).
Tata Laksana
Pilihan pengobatan untuk mengatasi ulkus peptikum bergantung pada kondisi pasien dan penyebab ulkus peptikumnya. Pengobatan yang perlu dilakukan adalah:
Membasmi H. pylori dengan obat penghambat pompa proton (PPI) dan antibiotik
Pemberian obat penekan asam lambung (PPI, antagonis reseptor H2, atau antasida)
Penghentian obat-obatan penyebab ulkus dan perbaikan kondisi penyebab ulkus
Pembedahan
Konsultasikan pilihan pengobatan ulkus dengan dokter Anda untuk pengobatan yang optimal.
Referensi:
Lilihata G, Syam AF. Ulkus peptik dan duodenum. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2014
Peptic Ulcer Disease. MSD Manual. Available from: https://www.msdmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/gastritis-and-peptic-ulcer-disease/peptic-ulcer-disease?query=peptic%20ulcer
Peptic Ulcer Disease. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/181753-overview