Polikistik Ovarium

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 04 Jun 2021

Bagikan

Polikistik Ovarium

Polikistik ovarium terjadi akibat ketidakseimbangan hormon reporduksi sehingga menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Hormon yang menyebabkan terjadinya polikistik ovarium antara lain ialah androgen dan insulin. Hormon androgen merupakan hormon yang banya terdapat pada pria, namun normalnya wanita juga memiliki hormon ini dalam kadar yang rendah.


Pada wanita dengan penyakit polikistik ovarium kadar hormon androgennya melebihi normal sehingga menyebabkan tidak dilepaskannya sel telur pada saat ovulasi. Hormon insulin juga berperan pada terjadinya polikistik ovarium. Wanita dengan polikistik ovarium memiliki kadar insulin di dalam darah yang tinggi dan berisiko untuk mengalami diabetes melitus serta obesitas.


Wanita dengan polikistik ovarium memiliki kista-kista kecil yang tumbuh di dalam ovarium sehingga menyebabkan pelepasan sel telur menjadi tidak teratur dan abnormal, akibat yang ditimbulkan adalah kesulitan untuk hamil. 1 Pada umumnya polikistik ovarium mengenai wanita pada usia reproduksi yaitu 20-30 tahun.


Jika anda memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan keturunan segeralah berkonsultasi ke dokter karena mungkin saja anda mengalami polikistik ovariuum.


Gejala


Gejala yang muncul pada pasien dengan polikistik ovarium antara lain ialah:

  • Siklus menstruasi yang tidak teratur: pelepasan sel telur yang tidak teratur menyebabkan siklus menstruasi juga menjadi tidak teratur

  • Memiliki kadar hormon androgen yang tinggi: ditandai dengan banyaknya rambut-rambut halus pada wajah dan tubuh 

  • Jerawat: wajah maupun bagian tubuh lainnya sering berjerawat

  • Rambut rontok: terutama pada bagian atas kepala dengan pola kebotakan yang sama dengan pria

  • Peningkatan berat badan atau sulit untuk menurunkan berat badan

  • Kulit menghitam terutama pada daerah leher belakang, selangkangan, dan dibawah payudara

  • Kista-kista kecil pada ovarium


Meskipun bukan suatu keganasan penyakit polikistik ovarium dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu:

  • Infertilitas

  • Diabetes selama kehamilan

  • Hipertensi selama kehamilan

  • Keguguran atau melahirkan bayi prematur

  • Perlemakan hati 

  • Sindrom metabolik: ditandai dengan tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi, dan kadar kolesterol trigliserida yang tinggi sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah

  • Depresi, gangguan cemas, dan gangguan makan


Diagnosis dan tatalaksana


Untuk dapat menegakkan diagnosis polikistik ovarium maka dokter akan menanyakan hal-hal terkait siklus menstruasi dan perubahan berat badan anda. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya pertumbuhan rambut berlebih dan tanda-tanda peningkatan kadar hormon insulin di dalam tubuh anda.


Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan seperti:

  • Pemeriksaan darah: untuk mengetahui kadar hormon, kadar gula darah, dan kadar kolesterol trigliserida di dalam tubuh anda

  • Pemeriksaan ultrasonografi: untuk memeriksa apakah terdapat kista-kista kecil di dalam ovarium anda


Tidak ada pengobatan khusus untuk polikistik ovarium. Tatalaksana yang ada hanya ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang mengganggu seperti pertumbuhan rambut berlebih dan siklus menstruasi yang tidak teratur. Pasien dengan penyakit polikistik ovarium tetap dapat hamil melalui program kehamilan yang direncanakan bersama oleh dokter dan pasangan suami-istri.


Referensi:


1. Office on Women’s Health. Polycystic ovary syndrome. Diunduh dari https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/polycystic-ovary-syndrome diakses tanggal 29 November 2020

2. Mayo Clinic. Polycystic ovary syndrome (PCOS). Diunduh dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pcos/symptoms-causes/syc-20353439#:~:text=Polycystic%20ovary%20syndrome%20(PCOS)%20is,fail%20to%20regularly%20release%20eggs. Diakses tanggal 29 november 2020

3.NHS. Polycystic ovary syndrome. Diunduh dari https://www.nhs.uk/conditions/polycystic-ovary-syndrome-pcos/ diakses tanggal 29 November 2020

Bagikan artikel ini