Penyakit

Pneumonia

Ditinjau oleh dr. Nanda L Prasetya, MMSc • 01 Jul 2021

Bagikan

Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi pada saluran napas bawah yang menjadi penyebab kematian segala usia, terutama anak di bawah 5 tahun (balita) dan lanjut usia (lansia). Infeksi ini terutama menyerang gelembung udara di paru-paru sehingga menyebabkan radang.


Radang ini menyebabkan pertukaran udara yang tidak efektif sehingga tubuh kekurangan oksigen dan dapat berujung pada kematian. Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Selain itu, pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi nosokomial atau infeksi yang menyebar melalui perawatan di rumah sakit.


Tanda dan gejala

Pneumonia ditandai dengan 3 gejala utama yaitu batuk, sesak dan demam. Selain 3 gejala itu, pneumonia dapat menimbulkan gejala tidak spesifik lainnya, seperti:

  1. Penurunan status mental seperti delirium. Penderita delirium akan berbicara meracau, bahkan tidak mengenali diri dan lingkungan sekitarnya

  2. Nyeri kepala

  3. Nyeri otot

  4. Nyeri perut

  5. Diare

  6. Kemerahan di kulit

  7. Batuk berdarah

  8. Perbesaran organ, misalnya limpa


Diagnosis

Pneumonia dapat ditegakkan diagnosisnya secara klinis. Biasanya dokter akan menanyakan apakah ada gejala demam, batuk dan sesak pada penderita. Demam, batuk dan sesak yang muncul pada pasien pneumonia biasanya timbul secara akut dan mendadak. Selain itu dokter akan menanyakan faktor risiko, misalnya pajanan rokok, tidak mendapatkan imunisasi, serta tidak mendapatkan ASI eksklusif pada bayi dan anak. Setelah itu, pasien akan diperiksa secara sistematis terutama pada bagian paru-paru untuk menemukan kelainan pada paru.


Biasanya pada penderita pneumonia akan ditemukan suara napas ronki atau bahkan mengi. Selain itu, dokter biasanya akan mengukur saturasi oksigen dengan pulse oximetry. Saturasi oksigen di bawah 95% biasanya menandakan kurangnya oksigen dalam tubuh seseorang dan menjadi sebuah tanda bahaya awal. Foto X-ray dada dapat dilakukan untuk mencari gambaran pneumonia atau gangguan struktur paru yang lain.


Pemeriksaan lain seperti darah lengkap, hitung jenis, analisis gas darah bisa dilakukan juga untuk membantu menegakkan diagnosis. Selain itu, pemeriksaan kultur darah penting dilakukan untuk membantu mengidentifikasi penyebab pneumonia dan apakah antibiotik tertentu manjur untuk mengobatinya.


Pengobatan

Pneumonia biasanya akan ditatalaksana dengan pengobatan antibiotik empiris sampai dengan keluarnya hasil kultur darah. Yang dimaksud dengan antibiotik empiris adalah antibiotik sementara dengan syarat spektrum luas, mencakup bakteri gram positif, negatif dan golongan Pseudomonas. Contoh antibiotik golongan ini adalah Cephalosphorin generasi ketiga. Selain itu, pengobatan suportif, seperti golongan antipiretik (misalnya Parasetamol) dapat diberikan untuk meredakan demam pada pasien. Terapi oksigen serta terapi inhalasi juga dapat diberikan untuk meredakan gejala sesak napas pada pasien. 


Pada anak dan lansia, jangan lupa untuk selalu melengkapi status imunisasinya. Hal ini dikarenakan pneumonia termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Imunisasi yang harus dilengkapi adalah Diphteria, pertussis, tetanus (DPT), Haemophilus influenza B (HiB) dan PCV (pneumonia conjugate vaccine).


Daftar Pustaka

  1. Bronze MS [editor]. Community-acquired pneumonia (CAP). [cited December 1, 2020]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/234240-overview 

  2. Brusch JL [editor]. What is healthcare-associated pneumonia (HCAP). [cited December 1, 2020]. Available from:  https://www.medscape.com/answers/234753-38422/what-is-healthcare-associated-pneumonia-hcap 

  3. CDC. Vaccines and preventable diseases. [cited December 1, 2020]. Available from:  https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/index.html

Bagikan artikel ini