Bintitan merupakan sebuah keadaan yang ditandai dengan adanya tonjolan berwarna merah yang muncul pada kelopak mata. Benjolan yang muncul umumnya terasa sakit. Bintitan terjadi karena adanya infeksi pada kelenjar mata yang terdapat di balik kelopak mata. Secara umum, bintitan dapat dibedakan menjadi bintitan luar dan bintitan dalam berdasarkan lokasi kelenjar yang terinfeksi.
Seseorang akan lebih berisiko untuk mengalami bintitan apabila:
Sudah pernah mengalami bintitan sebelumnya
Merupakan pengguna lensa kontak
Jarang membersihkan area di sekitar mata
Penggunaan rias mata yang kotor
Memiliki kelainan pada kelopak mata
Gejala Bintitan
Gejala bintitan dapat bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Gejala yang dapat muncul meliputi bengkak dan kemerahan pada kelopak mata yang dapat terasa sakit, terasa seperti “kelilipan” atau seperti ada benda asing yang masuk ke dalam mata, silau melihat cahaya terang, dan keluar air mata atau “belekan” pada mata. Gejala-gejala tersebut juga kerap ditemukan pada penyakit mata lainnya.
Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala tersebut untuk memastikan penyakit yang sedang diderita. Segera periksakan diri juga ke dokter apabila terdapat pandangan buram, gangguan gerak bola mata, dan nyeri pada saat menggerakkan bola mata.
Diagnosis Bintitan
Pada umumnya, dokter dapat menyimpulkan apakah seseorang menderita bintitan dengan mengamati daerah kelopak mata dan melakukan pemeriksaan mata yang cukup singkat. Tidak diperlukan suatu pemeriksaan khusus tertentu untuk menegakkan diagnosis bintitan.
Pengobatan Bintitan
Bintitan merupakan sebuah penyakit yang tidak membahayakan nyawa atau penglihatan. Selain itu, bintitan juga dapat sembuh dengan sendirinya apabila pasien tidak memiliki gangguan berat pada sistem imun (menderita HIV, diabetes yang tidak terkontrol, gangguan autoimun). Pengobatan utama yang dapat dilakukan pasien untuk menangani bintitan adalah dengan mengompres daerah kelopak mata yang mengalami bintitan menggunakan handuk kecil hangat selama setidaknya 5-10 menit sebanyak 3-5 kali sehari.
Pasien juga harus lebih rajin mencuci tangan untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut, lebih rajin membersihkan daerah wajah terutama daerah sekitar mata, tidak menyentuh daerah sekitar bintitan atau mengeluarkan isi nanah bintitan, dan tidak menggunakan riasan di daerah mata sampai bintitan sembuh.
Dokter dapat membantu meresepkan krim atau salep antibiotik untuk dioleskan di daerah bintitan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua salep atau krim antibiotik dapat digunakan di daerah mata, oleh karena itu gunakan hanya salep atau krim yang diresepkan dokter. Pada kasus langka, dokter dapat merujuk apabila bintitan tidak kunjung hilang setelah diberikan krim atau salep antibiotik selama beberapa hari.
Kebersihan tangan, wajah, dan daerah mata harus dijaga untuk mencegah terjadinya bintitan berulang. Apabila menggunakan lensa kontak, pastikan telah mencuci tangan saat akan menggunakan atau melepas lensa kontak. Tata rias yang digunakan juga harus segera dihapus dan cuci wajah segera setelah menghapus tata rias.
Referensi :
1. Hordeolum (Stye) [Internet]. [cited 2020 Nov 22]. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hordeolum-stye
2. Chalazion and Hordeolum (Stye) - Eye Disorders [Internet]. Merck Manuals Professional Edition. [cited 2020 Nov 22]. Available from: https://www.merckmanuals.com/professional/eye-disorders/eyelid-and-lacrimal-disorders/chalazion-and-hordeolum-stye
3. Bragg KJ, Le PH, Le JK. Hordeolum. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 [cited 2020 Nov 22]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/